Selasa, 22 Januari 2013

5 Faktor Penting Penentu Keberhasilan Start Up



Setelah berinterkasi dengan ribuan peserta pelatihan entrepreneurship dari berbagai latar belakang keluarga, pendidikan, dan daerah asal mereka, saya menemukan 5 faktor penting penentu keberhasilan start up yang secara signifikan sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah start up usaha baru.

Hal yang sangat fundamental membedakan mereka yang berhasil dan yang gagal adalah keberhasilan menginternalisasi pola pikir entrepreneurial dalam proses belajar mereka. Walaupun terasa mudah, namun ternyata tidak sedikit diantara mereka yang memulai usaha baru gagal dalam merengkuh pola pikir ini. Inilah kegagalan fundamenta l yang mengakibatkan semua usaha lain yang dijalankan menjadi sa-sia.

1. Pola pikir entreprenuerial memiliki ciri kehausan seseorang terhadap peluang baru yang ada didepannya. Ketika seseorang akhirnya memiliki kebiasaan berfikir dengan pola pikir tersebut, maka secara konstan orang itu akan terus menerus memikirkan peluang baru bagi usahanya.


Sangat menarik jika seseorang yang biasa berfikir ke depan atau memikirkan masa depan. Ia akan mempersiapkan dirinya dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan karena ia sedang mencoba merancang masa depan usaha yang baru dimulainya. Ide-ide baru yang muncul tidak dihakimi semata-mata oleh data historis tetapi lebih kepada perkiraan tren yang akan terjadi di masa depan. Setiap masalah yang  muncul dalam perjalanan usahanya akan dianggap sebagai kesempatan munculnya perubahan yang membawa kepada peluang penciptaan bisnis baru.

2. Faktor penentu kedua adalah Inovasi. Kata yang bombastis mewakili entreprenuer yang berhasil ternyata juga adalah kata yang membawa banyak start up kepada kegagalan. Mengapa demikian? Karena merekan gagal menghubungkan ide usaha mereka baik barang atau pun jasa kepada penerima pasar.


Dengan akal sehat kita bisa melihat bahwa jika sebuah usaha didorong oleh penciptaan produk baru tanpa memeriksa dengan seksama kenyataan disisi permintaan pasar, maka usaha yang didorong penciptaan produk baru ini akan masuk dalam kategori opportunity seeking dengan derajat kesulitan yang tinggi dalam menembus pasar lama, apalagi pasar baru yang hendak diciptakan. Maka tidaklah mengherankan jika dalam skema memulai usaha baru yang seperti ini banyak produk baru masuk dalam lembah kematian inovasi.

Dalam konsep berlawanan dengan di atas, maka sebuah start up memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Karena merupakan penciptaan usaha yang didorong oleh adanya identifikasi peluang di masyarakat yang besar bahkan memiliki potensi usaha tanpa saingan. Sudah seharusnya inovasi yang didorong adalah opportunity driven innovation (inovasi berdasarkan pengidentifikasian peluang).


3. Modal bisnis menjadi penentu keberhasilan yang ketiga. Model bisnis digambarkan sebagai skema bagaimana sebuah usaha mengidentifikasi peluang di masyarakat dan bagaimana cara melayaninya sehingga menghasilkan penciptaan nilai dalam profit financial yang didapat.


Alexander Osterwalder & Yves Pigneur dalam buku Busiess Model Generation mengusulkan sembilan elemen penentu sebuah model bisnis, yakni segmen pasar, relasi pelanggan, saluran komunikasi, penawaran, arus penjualan, aktivasi kunci, sumber daya kunci, mitra kunci, dan struktur biaya. Dari kesembilan elemen ini yang menjadi penentu keberhasilan model bisnis ini adalah kejelasan atau dapat diterimanya penawaran produk atau jasa oleh segmen pasar yang tepat.

Catatan penting untuk hal ini adalah model bisnis yang ada, perlu terus menerus diperbaiki sesuai dengan realita pasar yang dihadapai. Model ini perlu dievaluasi, dipelajari dan dirancang ulang jika perlu secara berkala.

Doblin Analysis dalam sebuah laporan hasil penelitiannya tentang relasi prinsip Paretto dan penciptaan nilai dalam sebuah perusahaan menentukan bahwa model bisnis dan jejaring adalah dua faktor yang bertanggung jawab dalam penciptaan nilai terbesar.

4. Sehingga kita tiba pada faktor ke empat, yaitu jejaring. Ada dua isu penting di sini, yang pertama seberapa besar jejaring yang tersedia dan bisa dijangkau, yang kedua bagaimana metode paling efisien dan efektif dalam menjangkau jejaring tersebut. Hal pertama menyangkut seberapa besar jangkauan pasar yang bisa dikelola yang berikutnya berbicara tentang saluran apa saja, dalam model bisnis yang dirancang tadi, yang tersedia untuk dijangkau.


Dari sini kita bisa melihat apakah model bisnis yang dirancang dan jejaring yang dikembangkan dapat menentukan usaha baru bisa mencapai kestabilan penjualan atau tidak dengan profit yang lebih besar sedemikian rupa, sehingga keberlangsungan usaha bisa diciptakan.


5. Faktor penentu keberhasilan yang terakhir adalah pemasaran yang efektif dan efisien. Dengan dana yang terbatas, maka metode pemasaran yang murah namun ampuh menjadi penentunya. Tantangan dalam tahap awal penciptaan usaha baru adalah bagaimana memenangkan kepercayaan masyarakat. Dengan kata lain profit yang tinggi akan tercipta seiring dengan reputasi yang didapat dari pasar.

Akhirnya, kita bisa bayangkan hanya merekalah yang memiliki semangat yang tinggi, kerja keras yang konsisten dan percaya diri akan bisa mencapai keberhasilan penciptaan usaha baru. Hanya merekalah yang sungguh-sungguh memiliki hasrat besar untuk berhasil yang bisa melewati semua perjuangan ini sampai keberhasilan berada di genggaman tangan. Salam sukses.

Penulis : Agung Bayu Waluyo, Phd
Sumber: http://serambiusaha.blogspot.com/2012/02/5-faktor-penting-penentu-keberhasilan.html

Mengenal Konsep Usaha "Start Up"



Perusahaan rintisan, umumnya disebut startup, merujuk pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi. Perusahaan-perusahaan ini sebagian besar merupakan perusahaan yang baru didirikan dan berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. 

Istilah "startup" menjadi populer secara internasional pada masa gelembung dot-com, di mana dalam periode tersebut banyak perusahaan dot-com didirikan secara bersamaan.



Tahap Membangun Bisnis Start up.

Berkas:Startup financing cycle.svg

“Cara bisnis online – empat tahap membangun startup” ini merupakan sebuah pelajaran yang saya dapatkan dari sesi networking. Terkadang dalam sebuah event,  ilmu yang saya dapatkan dari sesi networking jauh lebih bermanfaat dari event itu sendiri. Jadi ceritanya begini, ketika saya mengikuti sebuah event, pasca event itu selesai, saya berkenalan dengan Andy Zain (lihat profile linkedinnya di sini), Direktur dari Founder Institut, Direktur Mig33, CEO Numedia dan SkyBee, dan menjadi Adviser di berbagai perusahaan di asia pasifik. Ketika kenalan pun, saya disuruh pilih mau kartu nama yang mana :p Hehe..

Ketika ngobrol-ngobrol, ada salah satu wartawan kompas yang ikutan ngobrol namanya Adit (saya sempat bertemu Adit beberapa kali, jadi enak ngobrolnya). Adit mencoba mengklarifikasi kepada Andy mengenai data yang ia dapat dari Natali (founder Startuplokal) tentang jumlah startup yang pada tahun 2012 ini berkurang drastis (artikel disini). Lalu Andy menceritakan tahapan yang seharusnya dilakukan jika ingin membuat startup serta kesalahan yang sering terjadi sehingga banyak orang gagal membangun startup.


Tahap 1: 


Pada fase ini, seorang founder perlu menggali lagi passion dan potensi dirinya. Siapa dirinya, apa masa lalunya, apa hobinya, kegiatan apa saja yang pernah ia ikuti, komunitas mana saja yang ia masuki, dan lain sebagainya. Hal ini dibutuhkan untuk memastikan ide yang dibangun sesuai dengan siapa dirinya. Contoh, ketika saya adalah maniak sepak bola, hobi saya koleksi jersey bola, tiap weekend jadwal wajib saya adalah nobar di kafe-kafe, pokoknya passion saya ada di sepak bola banget lah, rasanya agak kurang tepat jika ide startup saya ada di bidang otomotif. Jadi pada tahap ini, kita harus memastikan betul “kenapa harus kita yang membuat itu?”. Lalu setelah itu, kita harus melakukan market resarch mengenai ide itu. Lihat bagaimana saingan di pasar, bagaimana keberterimaan di masyarakat, dan lain sebagainya. Contoh, rasanya akan sulit jika kita ingin membuat startup dengan produk search engine karena saingan kita adalah google, bing, yahoo, dst. Lalu, sulit juga jika kita ingin membuat startup dengan produk hologram chat mengingat keberterimaan masyarakat indonesia terhadap teknologi hologram dan bandwidth internet yang rendah. Jadi setelah memastikan diri kita, kita pastikan ide kita.


Tahap 2: 


Pada fase ini, seorang founder harus siap berganti-ganti topi. Maksudnya berganti-ganti topi adalah siap untuk belajar menjadi seorang ahli marketing, ahli finance, ahli administration, ahli outsourcing, dan lain sebagainya. Ada pelajaran-pelajaran bisnis yang harus kita gali dalam-dalam jika ingin membangun sebuah perusahaan. Mengatur cashflow gimana, proses hukum di Indonesia bagaimana, cara membuat kontrak gimana, cara berkomunikasi dengan client/vendor gimana, cara merekruit orang gimana, cara menggaji yang sesuai dengan undang-undang gimana, dan banyak sekali bidang ilmu lain yang harus kita pelajari sebelum membangun perusahaan. Kenapa kita harus belajar itu semua? Karena ketika membangun startup, percayalah, kita gak akan punya uang untuk ngehire semua ahli tersebut. Para founder inilah yang harus mampu mengenali bidang-bidang itu, setidaknya sampai startupnya mendapat suntikan capital atau dapur ngepul.


Tahap 3: 


Baru pada fase ini, produk di buat. Tahap ini berfokus untuk merealisasikan visi, ide, dan mimpi founder menjadi sebuah karya nyata dan produk yang baik. Di sinilah tahapan untuk melakukan perancangan produk, implementasi produk, testing produk, revisi produk, testing lagi, revisi lagi, testing lagi, dan seterusnya. Seharusnya fase ini tidak begitu sulit jika fase pertama telah dilalui dengan baik karena kebutuhan apa saja yang perlu ada di produk yang akan dibangun sudah jelas dan tidak akan melebar atau berganti arah. Produk yang baik adalah produk yang didesain dengan baik dan desain yang baik hanya bisa lahir dari visi yang jelas. Istilahnya, “Fail to Plan, Plan to Fail”. Kalau kita gagal merencanakan, itu sama saja dengan kita merencanakan kegagalan.



Tahap 4: 


Pada fase ini, kita memasarkan produk kita. Di sini kita mulai untuk mengatur timing merilis produk dan fitur-fiturnya, memilah fitur apa yang keluar duluan, belajar melakukan kampanye di berbagai media, melihat feedback dari pengguna. Di fase ini juga kita mulai melakukan press release, melakukan networking, mencari investor, mencari client, dan lain sebagainya. Ada istilah “a Good product will market itself”, mungkin benar adanya bagi kebanyakan produk, tapi tanpa penanganan yang baik dari segi marketing, produk bagus pun tidak akan kemana-mana.



Oke, itu tadi 4 tahap yang dibutuhkan untuk membangun sebuah startup sendiri. Kalau melirik ke isu kenapa di tahun 2012 banyak startup yang tumbang, alasan paling umum yang terjadi adalah sebagian besar startup itu maunya langsung ke tahap 3 tanpa memulai belajar tahap 1 dan tahap 2. karena hal tersebut, akhirnya ketika punya produk, mau diapakan produknya dia tidak tahu atau bisa saja produk yang dia buat ternyata sudah ada orang lain yang membuatnya dengan suntikan dana lebih kuat atau produk yang dia buat bisa saja tidak cocok dengan pasar di Indonesia.

Mungkin bisa jadi dia punya produk yang sudah benar-benar bagus, tapi tidak tahu bagaimana cara mengembangkan perusahaannya agar bisa sustain. Lalu contoh kasus yang parah, founder yang lompat ke tahap 4, produk belum ada, baru ide-ide sekilas, udah langsung pitching ke investor, dijamin ditolak mentah-mentah (pengalaman pribadi :p). Gak ada kata terlambat untuk memulai, gak ada kata gagal dalam belajar, yang penting kita terus semangat untuk maju dan jalani semua proses yang harus kita hadapi untuk bisa mencapai sukses


Sumber :
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_rintisan
  2. http://startupbisnis.com/cara-bisnis-online-empat-tahap-membangun-startup-oleh-ardisaz/

Senin, 21 Januari 2013

5 Entrepreneur Muda "GILA" Indonesia !




Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita wajib mengetahui potensi dan kemampuan anak bangsa kita sendiri, yang telah menunjukkan ketangguhannya. Anda mungkin sering mendengar anak muda kita berhasil menjuarai aneka lomba cabang olah raga baik nasional maupun internasional, prestasi di ajang olimpiade sains dan teknologi, inovasi canggih di beberapa event semacam "Jarum Black Inovation" dan segudang prestasi lain. 

Pada kesempatan ini saya akan menyajikan anak muda Indonesia yang walaupun masih berusia di bawah 20 tahun berhasil mengukir prestasi dengan sukses menjadi pengusaa "Tajir" di usianya. Kita perlu tahu  ini semua agara kita lebih bersemangat untuk mengali potensi diri kita masing-masing agar suatu saat nanti berguna dan bermanfaat bagi diri dan kemajuan bangsa Indonesia tercinta ini. Berikut 5 pengusaha muda yang "sangat lebih sukses" dari pemilik blog ini.

1. Hamzah Izzulhaq (19 tahun)


Pria berumur 19 tahun ini adalah seorang Entrepreneur Muda yang sukses, Pemuda kelahiran Jakarta, 26 April 1993 memang sudah memiliki bakat bisnis sejak masih kecil mulai dari menjual kelereng, gambaran, petasan hingga menjual koran, menjadi tukang parkir serta ojek payung pernah dilakukannya.

Pada pertengahan kelas 2 SMA, ia menangkap peluang bisnis lagi. Ketika sedang mengikuti seminar dan komunitas bisnis pelajar bertajuk Community of Motivator and Entrepreneur (COME), Hamzah bertemu dengan mitra bisnisnya yang menawari usaha franchise bimbingan belajar (bimbel) bernama Bintang Solusi Mandiri. “Rekan bisnis saya itu juga masih sangat muda, usianya baru 23 tahun. Tapi bimbelnya sudah 44 cabang,”


Hamzah lalu diberi prospektus dan laporan keuangan salah satu cabang bimbel di lokasi Johar Baru, Jakarta Pusat, yang kebetulan ingin di-take over dengan harga jual sebesar Rp175 juta. Dengan hanya memegang modal Rp5 juta, pengusaha muda lulusan SMAN 21 Jakarta Timur ini melobi sang ayah untuk meminjam uang sebagai tambahan modal bisnisnya. “Saya meminjam Rp70 juta dari ayah yang seharusnya uang itu ingin dibelikan mobil. Saya lalu melobi rekan saya untuk membayar Rp75 juta dulu dan sisanya yang Rp100 juta dicicil dari keuntungan tiap semester. Alhamdulillah, permintaan saya dipenuhi,”.

Dari franchise bimbel itu, bisnis Hamzah berkembang pesat. Keuntungan demi keuntungan selalu diputarnya untuk membuat bisnisnya lebih maju lagi. Kini, Hamzah telah memiliki 3 lisensi franchise bimbel dengan jumlah siswa diatas 200 orang tiap semester. Total omzet yang diperolehnya sebesar Rp360 juta/semester dengan nett profit sekitar Rp180 juta/semester. Sukses mengelola bisnis franchise bimbelnya, Hamzah lalu melirik bisnis kerajinan SofaBed di area Tangerang.


Sejak bulan Agustus 2011, bisnis Hamzah telah resmi berbadan hukum dengan nama CV Hamasa Indonesia. Lulusan SMA tahun 2011 ini duduk sebagai direktur utama di perusahaan miliknya yang omzetnya secara keseluruhan mencapai Rp100 juta per bulan.

Twitter Hamzah = @hamasacorp (Follow gan! Twitnya mantep + followersnya paling banyak diantara yg laen).


2. Lambertus Darian (18 tahun)


Anak muda yang satu ini usianya juga masih dibawah 20 tahun, namun telah menjadi inspirasi bagi banyak orang.
  • Pendiri Komunitas Bisnis Anak Muda. Komunitas ini memiliki puluhan ribu followers di Twitter.
  • Ketua Komunitas Bisnis Anak Muda
  • Sudah dapat memiliki omset penjualan 95 Juta dalam waktu 1 bulan di umur 16 Tahun
  • Berhasil menjadi Top New Sales 2010 di salah satu perusahaan importir di umur 16 Tahun
  • Pemegang 25% saham PT. Trijaya Mekar Mandiri
  • Distributor Jahe Merah Instant Cap Cangkir Mas
  • Distributor Stick Jelly Food
  • Owner produk cairan pembersih kamar mandi

Walaupun sempat ditipu sebelum membuka restorannya, berkat tekat yang kuat dan semangat ingin sukses sekarang Darian menjadi Owner dari Sop Iga Bakar Sarap yang berada di Muara Karang, selain menjalani bisnis nya sekarang ia pun sering diundang dalam berbagai talkshow bisnis.


Tema talkshow yang biasa dibawakan oleh Lambertus adalah tentang penting ga yang namanya komunitas itu. Karena dia adalah pendiri komunitas Bisnis Anak Muda.


Twitter Lambertus : @BisnisAnakMuda (Twitter ini jadi basecamp nya komunitas Bisnis Anak Muda).




3. Farah Farce (17 tahun)


Farah Farce adalah seorang wanita berusia 17 tahun yang sedang kuliah di luar negeri. Usahanya melejit setelah mendapatkan mentoring langsung dari Jaya Setiabudi, penulis buku The Power Of Kepepet yang sangat terkenal itu.


Farah adalah owner dari Farceee Online Shop yaitu online shop yang menjual barang barang original dari luar negeri, bahkan ia juga sudah memproduksi produk nya sendiri.

Berkat kerja kerasnya sedari muda, Farah berhasil menembus omset puluhan juta dan diliput oleh banyak media.


Di usia yg cukup belia, ia sudah berhasil masuk ke Majalah majalah dan mengisi seminar seminar di banyak tempat.

Twitter Farah : @farceee (Sekarang udah ga gitu update tentang bisnis gan, soalnya doi kuliah di luar negeri sih)



4. Valentina Meiliyana (17 tahun)


Wanita muda ini baru berusia 17 tahun, namun karya dan prestasi yang ditorehkan di usahanya sangatlah GILA!

  • Owner Online shop Valentina Meiliyana (Fashion Business) dengan omset penjualan rata-rata 40 Juta/bulan
  • Berhasil masuk ke salah 1 majalah terkenal di Indonesia , majalah DRESSCODE
  • Diundang oleh MNC TV BUSINESS, dan diwawancarai secara Ekslusif dan Live dengan tema : Sumpah Pemuda, yg Muda yg Berkarya. 
  • Lalu juga sempat diundang di ANTV dan diliput oleh banyak media cetak Indonesia.




5. Yasa Singgih (17 tahun)


Yasa Paramita Singgih lahir di Bekasi 23 April 1995. Ia adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara (Prajna, Viriya & Yasa). Ayahnya bernama Marga Singgih dan Ibunya bernama Wanty Sumarta.


Yasa lahir di keluarga yang sederhana dan sangat mencintainya. Menyelesaikan SD nya di SD Ananda dan SD Surya Dharma, lalu melanjutkan SMP & SMA nya di SMA Regina Pacis Jakarta. Sebelumnya ia hanyalah seorang remaja biasa yang sama halnya dengan remaja lainnya, gemar bermain, meminta uang dari orang tua, jalan-jalan, dll. Namun kehidupannya berubah di usianya yang ke 15 tahun, ia mengambil keputusan untuk segera membahagiakan kedua orang tuanya. Saat itu juga ia memiliki Impian untuk menjadi seorang PENGUSAHA SUKSES yang menginspirasi emua orang lewat kisah hidupnya.

Ia pernah menjadi MC (Pembawa Acara) dibeberapa tempat, pernah berjualan Lampu, dll. Semua kegiatan yang menghasilkan uang diladeni demi sebuah keberhasilan. Jatuh bangun, ditipu orang, rugi jutaan rupiah pernah dialami oleh pemuda kelahiran tahun 1995 ini, namun itu semua dianggap sebagai VITAMIN dan SUPLEMEN kehidupan!

Sekarang Yasa menjalankan usahanya yaitu :
  • Online Shop yang bernama Men’s Republic, menjual berbagai produk fashion pria dan wanita. Ia bukan hanya menjual produk sendiri, tapi juga merk-merk orang lain. 
  • Dan juga ia sekarang menjadi Juragan Kedai "Ini Teh Kopi". Kedai yang menjual kopi duren dan gengsot yang menjadi tempat nongkrong yang sangat mengasyikkan.


Twitter Yasa Singgih : @YasaSinggih (Follow deh gan, sering banget ada tweet2 tentang bisnis dan motivasi anak muda yang khas!), Situs Web : www.YasaSinggih.com


Sumber : (dengan penambahan)
  1. http://indonesiaku.lintas.me/go/memobee.com/5-entrepreneur-muda-gila-indonesia-masih-dibawah-20thn/
  2. http://iniunic.blogspot.com/2013/01/5-entrepreneur-muda-gila-indonesia.html

Selasa, 15 Januari 2013

Jenis-Jenis Badan Usaha di Indonesia.

dan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan Usaha seringkali disamakan dengan perusahaan, walaupun pada kenyataannya berbeda. 

Perbedaan Badan Usaha dan Perusahaan adalah :
  • Badan Usaha adalah Identitas lembaganya 
  • Perusahaan adalah tempat dimana Badan Usaha itu mengelola faktor-faktor produksi.

Berdasarkan Pemiliknya Badan Usaha dibagi menjadi 2 :
  • Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
  • Badan Usaha Milik Swasta (BUMNS)  

1.  Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).

Badan Usaha Milik Swasta atau BUMS adalah badan usaha yang didirikan dan dimodali oleh seseorang atau sekelompok orang. Berdasarkan UUD 1945 pasal 33, bidang- bidang usaha yang diberikan kepada pihak swasta adalah mengelola sumber daya ekonomi yang bersifat tidak vital dan strategis atau yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak.

Berdasarkan bentuk hukumnya Badan usaha milik swasta dibedakan atas :

  • Usaha Perorangan- Unit Dagang (UD)
Perusahaan perseorangan adalah badan usaha kepemilikannya dimiliki oleh satu orang.

Individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tententu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya.

Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja / buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi sederhana.

Contoh perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang bakso keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.

Ciri dan sifat perusahaan perseorangan :
  1. relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan
  2. tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi
  3. tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi
  4. seluruh keuntungan dinikmati sendiri
  5.  sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri
  6.  keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan yang lebih besar
  7. jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup
  8. sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan

  • Usaha Persekutuan. 
Perusahaan persekutuan adalah perusahaan yang memiliki 2 pemodal atau lebih. Ada 5 bentuk perusahaan persekutuan:

1. Persekutuan dengan firma- Fa

Firma (Fa) adalah badan usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih dimana tiap- tiap anggota bertanggung jawab penuh atas perusahaan. Modal firma berasal dari anggota pendiri serta laba/ keuntungan dibagikan kepada anggota dengan perbandingan sesuai akta pendirian.

2. Persekutuan komanditer (CV)
Persekutuan Komanditer (commanditaire vennootschap atau CV) adalah suatu persekutuan yang didirikan oleh 2 orang atau lebih.

Persekutuan komanditer mengenal 2 istilah yaitu :
  1. Sekutu aktif adalah anggota yang memimpin/ menjalankan perusahaan dan bertanggung jawab penuh atas utang- utang perusahaan.
  2. Sekutu pasif / sekutu komanditer adalah anggota yang hanya menanamkan modalnya kepada sekutu aktif dan tidak ikut campur dalam urusan operasional perusahaan. Sekutu pasif bertanggung jawab atas risiko yang terjadi sampai batas modal yang ditanam.

Keuntungan yang diperoleh dari perusahaan dibagikan sesuai kesepakatan.


3. Koperasi.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan.



4. Yayasan
Yayasan adalah suatu badan usaha, tetapi tidak merupakan perusahaan karena tidak mencari keuntungan. Badan usaha ini didirikan untuk sosial dan berbadan hukum.


5. Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan terbatas (PT) adalah badan usaha yang modalnya diperoleh dari hasil penjualan saham. Setiap pemegang surat saham mempunyai hak atas perusahaan dan setiap pemegang surat saham berhak atas keuntungan (dividen).




 2. Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) 

Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) ialah badan usaha yang permodalannya seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh Pemerintah. Status pegawai badan usaha-badan usaha tersebut adalah karyawan BUMN bukan pegawai negeri. BUMN sendiri sekarang ada 3 macam yaitu Perjan, Perum dan Persero.

  • Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perjan adalah bentuk badan usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah. Perjan ini berorientasi pelayanan pada masyarakat, Sehingga selalu merugi. Sekarang sudah tidak ada perusahaan BUMN yang menggunakan model perjan karena besarnya biaya untuk memelihara perjan-perjan tersebut sesuai dengan Undang Undang (UU) Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. Contoh Perjan: PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) kini berganti menjadi PT.KAI

  • Perusahaan Umum (Perum)
Perum adalah perjan yang sudah diubah. Tujuannya tidak lagi berorientasi pelayanan tetapi sudah profit oriented. Sama seperti Perjan, perum di kelola oleh negara dengan status pegawainya sebagai Pegawai Negeri. Namun perusahaan masih merugi meskipun status Perjan diubah menjadi Perum, sehingga pemerintah terpaksa menjual sebagian saham Perum tersebut kepada publik (go public) dan statusnya diubah menjadi persero.

  • Persero
Persero adalah salah satu Badan Usaha yang dikelola oleh Negara atau Daerah. Berbeda dengan Perum atau Perjan, tujuan didirikannya Persero yang pertama adalah mencari keuntungan dan yang kedua memberi pelayanan kepada umum.

Modal pendiriannya berasal sebagian atau seluruhnya dari kekayaan negara yang dipisahkan berupa saham-saham. Persero dipimpin oleh direksi. Sedangkan pegawainya berstatus sebagai pegawai swasta.

Badan usaha ditulis PT < nama perusahaan > (Persero). Perusahaan ini tidak memperoleh fasilitas negara. 

Jadi dari uraian di atas, ciri-ciri Persero adalah:
  • Tujuan utamanya mencari laba (Komersial)
  • Modal sebagian atau seluruhnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan yang berupa saham-saham
  • Dipimpin oleh direksi
  • Pegawainya berstatus sebagai pegawai swasta
  • Badan usahanya ditulis PT (nama perusahaan) (Persero)
  • Tidak memperoleh fasilitas negara

Contoh perusahaan yang mempunyai badan usaha Persero antara lain:
  • PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
  • PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
  • PT Garuda Indonesia (Persero)
  • PT Angkasa Pura (Persero)
  • PT Perusahaan Pertambangan dan Minyak Negara (Persero)
  • PT Tambang Bukit Asam (Persero)
  • PT Aneka Tambang (Persero)
  • PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
  • PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
  • PT Pos Indonesia (Persero)
  • PT Kereta Api Indonesia (Persero)
  • PT Adhi Karya (Persero)
  • PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
  • PT Perusahaan Perumahan (Persero)
  • PT Waskitha Karya (Persero)
  • PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Sumber :
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_perorangan
  2. http://badanusaha.com/badan-usaha-perseorangan

Sabtu, 12 Januari 2013

Selayang Pandang Keterkaitan Antara IQ, EQ dan SQ.


Manusia adalah makhluk yang paling cerdas, dan Tuhan, melengkapi manusia dengan komponen kecerdasan yang paling kompleks. Sejumlah temuan para ahli mengarah pada fakta bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan paling unggul dan akan menjadi unggul asalkan bisa menggunakan keunggulannya. Kemampuan menggunakan keunggulan ini dikatakan oleh William W Hewitt, pengarang buku The Mind Power, sebagai faktor yang membedakan antara orang jenius dan orang yang tidak jenius di bidangnya.

Sayangnya, menurut Leonardo Da Vinci, kebanyakan manusia me-nganggur-kan kecerdasan itu. Punya mata hanya untuk melihat tetapi tidak untuk memperhatikan, punya perasaan hanya untuk merasakan tetapi tidak untuk menyadari, punya telinga hanya untuk mendengar tetapi tidak untuk mendengarkan dan seterusnya.



Penemuan Seputar Kecerdasan



Thorndike adalah salah satu ahli yang membagi kecerdasan manusia menjadi tiga, yaitu kecerdasan Abstrak -- Kemampuan memahami simbol matematis atau bahasa, Kecerdasan Kongkrit -- kemampuan memahami objek nyata dan Kecerdasan Sosial – kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia yang dikatakan menjadi akar istilah Kecerdasan Emosional ( Stephen Jay Could, On Intelligence, Monash University: 1994)

Pakar lain seperti Charles Handy juga punya daftar kecerdasan yang lebih banyak, yaitu: Kecerdasan Logika (menalar dan menghitung), Kecerdasan Praktek (kemampuan mempraktekkan ide), Kecerdasan Verbal (bahasa komunikasi), Kecerdasan Musik, Kecerdasan Intrapersonal (berhubungan ke dalam diri), Kecerdasan Interpersonal (berhubungan ke luar diri dengan orang lain) dan Kecerdasan Spasial (Inside Organizaion: 1990)

Bahkan pakar Psikologi semacam Howard Gardner & Associates konon memiliki daftar 25 nama kecerdasan manusia termasuk misalnya saja Kecerdasan Visual / Spasial, Kecerdasan Natural (kemampuan untuk menyelaraksan diri dengan alam), atau Kecerdasan Linguistik (kemampuan membaca, menulis, berkata-kata), Kecerdasan Logika (menalar atau menghitung), Kecerdasan Kinestik / Fisik (kemampuan mengolah fisik seperti penari, atlet, dll), Kecerdasan sosial yang dibagi menjadi Intrapersonal dan Interpersonal (Dr. Steve Hallam, Creative and leadership, Colloquium in Business, Fall: 2002).


Keterkaitan Kecerdasan Intelektual, Emosional & Spiritual


1. Seputar Kecerdasan Intelektual (IQ)

Sudah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang. Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:

a. Pemahaman absolut terhadap skor IQ .
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar.

b. Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.


2. Seputar Kecerdasan Emosional (EQ)
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat


3. Seputar Kecerdasan Spiritual (SQ)

Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001).

Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.


Penerapan IQ-EQ-SQ Dalam Kehidupan



IQ, EQ, dan SQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang hidup kita. Seperti yang kita alami setiap hari, keputusan yang kita buat, berasal dari proses :
1. merumuskan keputusan,
2. menjalankan keputusan atau eksekusi,
3. menyikapi hasil pelaksanaan keputusan.

Rumusan keputusan itu seyogyanya didasarkan pada fakta yang kita temukan di lapangan realita (apa yang terjadi) – bukan berdasarkan pada kebiasaan atau preferensi pribadi suka – tidak suka. Kita bisa menggunakan IQ yang menonjolkan kemampuan logika berpikir untuk menemukan fakta obyektif, akurat, dan untuk memprediksi resiko, melihat konsekuensi dari setiap pilihan keputusan yang ada.

Rencana keputusan yang hendak kita ambil – hasil dari penyaringan logika, juga tidak bisa begitu saja diterapkan, semata-mata demi kepentingan dan keuntungan diri kita sendiri. Bagaimana pun, kita hidup bersama dan dalam proses interaksi yang konstan dengan orang lain. Oleh sebab itu, salah satu kemampuan EQ, yaitu kemampuan memahami (empati) kebutuhan dan perasaan orang lain menjadi faktor penting dalam menimbang dan memutuskan. Banyak fakta dan dinamika dalam hidup ini, yang harus dipertimbangkan, sehingga kita tidak bisa menggunakan rumusan logika – matematis untung rugi.

Kita pun sering menjumpai kenyataan, bahwa faktor human touch, turut mempengaruhi penerimaan atau penolakan seseorang terhadap kita (perlakuan kita, ide-ide atau bahkan bantuan yang kita tawarkan pada mereka). Salah satu contoh kongkrit, di Indonesia, budaya “kekeluargaan” sangat kental mendominasi dan mempengaruhi perjanjian bisnis, atau bahkan penyelesaian konflik.



Kesimpulan



Perlu diakui bahwa IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) di dalam diri kita, sehingga tak mungkin juga kita pisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan dengan orang lain tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan. Seperti kata Thomas Jefferson atau Anthony Robbins, meskipun keputusan yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan dan keyakinan sekuat batu karang, tetapi dalam pelaksanaannya, perlu dijalankan se-fleksibel orang berenang.

Aplikasi keputusan dengan IQ, EQ, dan SQ ini hanyalah satu dari sekian tak terhitung cara hidup, dan seperti kata Bruce Lee, strategi yang paling baik adalah strategi yang kita temukan sendiri di dalam diri kita. “Kalau kamu berkelahi hanya berpaku pada penggunaan strategi yang diajarkan buku di kelas, namanya bukan berkelahi (tetapi belajar berkelahi)”.

Penulis : Ubaydillah, AN
Sumber :  http://www.e-psikologi.com/, 19 Mei 2004

Mengenal Konsep ESQ (Emotional Spiritual Quotient)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3ILwTWC9WFgsJ-V1cDermXsOkBZWx227TKAfzRmQPWgU8h4rxma8Tt03DEmdPGA94SItrE5578NnH6dexedUky13lnntKKjZ5NxWxa8aQLCJf70Ztmu8_MTjuKEhuw_x_uki2L22D0v8/s1600/Emotional+Spiritual+Quotient+%28ESQ%29.png

ESQ merupakan sebuah singkatan dari Emotional Spiritual Quotient yang merupakan gabungan EQ dan SQ, yaitu Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual. Definisi, Emosional Spiritual Quotient (ESQ) Model adalah Model Kemampuan seseorang untuk memberi Makna Spiritual terhadap Pemikiran, Prilaku/Ahlak dan Kegiatan, serta Mampu Menyinergikan IQ (Intelegent Quotient) yang terdiri dari IQ Logika/Berpikir dan IQ Financial/Kecerdasan memenuhi kebutuhan hidupnya/keuangan, EQ (Emosional Quotient) dan SQ(Spiritual Quotient) secara KOMPREHENSIF.

Sekilas ESQ (Emotional & Spiritual Intelligence)


Manfaat yang bisa di dapat adalah tercapai nya keseimabangan antara hubungan Horizontal (manusia dengan manusia) dan Vertikal (manusia dan Tuhan). ESQ juga dapat membuat kita lebih percaya diri dalam melakukan suatu tindakan. 

Contoh model ESQ seseorang dalam kehidupan nyata adalah :
Badu bekerja di Perusahaan Otomotif sebagai BURUH. Tugasnya memasang & mengencangkan baut pada Jok Pengemudi. Tugas Rutin yg sdh dilakukan hampir 10 thn . Karena PENDIDIKAN hanya SLTP, sulit baginya meraih posisi Puncak. Menurut Badu Memasang & mengencangkan Baut pada Jok Pengemudi BUKAN Pekerjaan yang membosankan, Tetapi PEKERJAAN yang MULIA, karena Dia telah menyelamatkan ribuan orang yang mengemudikan mobil – mobil. Dia mengencang kuatkan seluruh kursi Pengemudi yang Mereka duduki, sehingga mereka sekeluarga selamat. Badu bekerja begitu giat, sedang upahnya tidak besar dan dia tidak melakukan mogok kerja untuk menuntut kenaikan upah, Karena Dia memahami keadaan ekonomi sulit dan perusahaan terkena imbas dan memahami keadaan Pimpinan Perusahaan yang sedang dalam Kesulitan. Kalau saya mogok kerja hanya akan memperberat masalah Perusahaan. Badu BEKERJA dengan PRINSIP MEMBERI, bukan untuk Perusahaan namun lebih kepada PENGABDIAN KEPADA TUHAN nya.

Kuliah Umum Ketua ESQ Leadership Centre, Dr. Ari Ginanjar Agustian, ESQ 



Agar tercipta HUBUNGAN YANG SEIMBANG antara HUBUNGAN MANUSIA dengan MANUSIA dan HUBUNGAN MANUSIA dengan TUHAN, maka DIPERLUKAN suatu POLA PEMAHAMAN dan PENGAMALAN yang sesuai dengan FITRAH MANUSIA sebagaimana Hadist ROSULULLAH SAW, yaitu “Bukanlah sebaik-baik kamu orang yang bekerja untuk dunianya saja tanpa akhiratnya, dan tidak pula orang-orang yang bekerja untuk akheratnya saja dan meninggalkan dunianya. Dan sesungguhnya, sebaik-baiknya kamu adalah orang yang bekerja untuk akhirat (Tuhan) dan untuk Dunia”. Pola Pemahaman dan Pengamalan itu adalah ESQ MODEL atau Pola Hidup berdasarkan PRINSIP KESEIMBANGAN antara KEPENTINGAN Akherat dan Dunia
  1. Howard Chandler Christy, menyatakan bahwa ”Setiap pagi saya menghabiskan lima belas menit untuk mengisi pikiran saya khusus untuk Tuhan. Dan dengan demikian tiada ruang kosong untuk berpikir cemas”.
  2. Marian Anderson berkata ”Doa berawal ketika kemampuan manusia berakhir”.
  3. Gary Gulbranson pernah berujar bahwa ”Tuhan lebih memperhatikan siapa diri anda daripada apa yang anda kerjakan, dan Dia lebih memperhatikan apa yang anda kerjakan dari pada di mana anda mengerjakannya”.
  4. J A Spender berkata ”Takut kepada Tuhan ya, tetapi janganlah ketakutan kepada – Nya”.
  5. Iqbal pernah berkata bahwa ”Menyembah Tuhan Yang Esa (meskipun sulit) akan menyelamatkanmu dari menyembah tuhan-tuhan lainnya. Angkatlah diri anda ke tingkat yang Tuhan sendiri memintanya dari anda sesuai dengan yang anda inginkan sebelum menulis takdir anda”.
  6. Benjamin Franklin mengungkapkan bahwa ”Bekerjalah seolah-oleh engkau akan hidup seratus tahun lagi; Berdoalah seolah-olah engkau akan meninggal esok hari”.

Belenggu-belenggu Suara Hati adalah :
  1. PRASANGKA atau DUGAAN, Oleh karena itu, hindarilah selalu BERPRASANGKA buruk, upayakan berprasangka BAIK kepada orang lain. 
  2. PRINSIP/PEDOMAN/ATURAN/PAHAM/AJARAN HIDUP, Oleh sebab itu, Berprinsiplah selalu kepada ALLAH YANG MAHA ABADI. 
  3. PENGALAMAN, Maka, bebaskan diri kita dari pengalaman- pengalaman yang membelenggu pikiran, dan berpikirlah merdeka.
  4. KEPENTINGAN/PRIORITAS, dengarlah SUARA HATI, peganglah Prinsip Karena Allah, berpikirlah MELINGKAR, sebelum menentukan KEPENTINGAN & PRIORITAS.
  5. SUDUT PANDANG, Oleh karena itu, maka lihatlah dari semua SUDUT PANDANG secara BIJAKSANA, dan berdasarkan semua SUARA HATI.
  6. PEMBANDING, Albert Einstein pernah berkata, bahwa “ SUATU PERMASALAHAN TIDAK DAPAT DIPECAHKAN DENGAN SUATU PEMIKIRAN YANG TERCIPTA, KETIKA PERMASALAHAN ITU TERJADI”. Karena itu, periksalah pikiran kita terlebih dahulu sebelum MENILAI segala sesuatu, jangan melihat SESUATU karena PIKIRAN kita, tetapi LIHATLAH SESUATU karena apa ADANYA.
  7. LITERATUR, Maka dari itu, janganlah kita TERBELENGGU oleh LITERATUR – LITERATUR, berpikirlah dengan MERDEKA, jadilah orang yang BERHATI “ UMMI”.

Dengan membebaskan diri kita dari belenggu-belenggu yang mengganggu dan menghambat pengembangan potensi diri kita, seperti belenggu prasangka negative, belenggu prinsip-prinsip hidup yang menyesatkan, belenggu pengalaman yang mempengaruhi pemikiran kita, belenggu kepentingan dan prioritas yang egois, belenggu sudut pandang yang sempit, belenggu pembanding-pembanding yang bersifat Subyektif dan belenggu literature yang menyesatkan, kita akan menjadi orang yang merdeka dan orang yang berhati fitrah atau bersih yang siap menerima sifat Ketuhanan. 

Spiritual Quotient (SQ) yang dihasilkan dari pemahaman dan pengamalan prinsip Ikhsan, dengan menerima sifat Ketuhanan melahirkan 7 Inti Nilai  (Core Values),  yaitu :
  • Jujur
  • Tanggung Jawab
  • Disiplin
  • Kerja Sama
  • Adil
  • Visioner atau Pendangan/Wawasan Jauh ke Depan
  • Peduli

Emotional Quotient (EQ) adalah kecerdasan emosi seseorang bila berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, seperti inisiatif, ketangguhan, optimism, kemampuan beradaptasi seseorang dll. Emotional Quotient (EQ) dapat dibangun dan dikembangkan kemampuannya lewat ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Model, yaitu dengan memahami dan mengamalkan iman dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman dan pengamalan Prinsip Rukun Iman yang Pertama, yaitu Iman kepada Allah atau Star Prinsiple adalah :
  • Kita akan lebih bijaksana dalam berhubungan dengan orang lain dan alam semesta;
  • Kita akan mempunyai Integritas berupa kegigihan dalam bekerja dan mempunyai kemampuan dalam bidang keahliannya;
  • Kita akan mempunyai rasa aman atas setiap apa yang kita kerjakan;
  • Kita akan mampu beradaptasi menghadapi situasi yang terus berubah;
  • Kita akan mempunyai kepercayaan diri yang besar;
  • Kita akan mempunyai Instuisi yang tajam;
  • Kita akan mempunyai sumber motivasi yang tidak akan luntur.

Pemahaman dan pengamalan Prinsip Rukun Iman yang Kedua, yaitu Iman kepada Malaikat Allah atau Angel Prinsiple adalah :
  • Kita akan mampu bekerja dengan sebaik-baiknya, sepenuh hati, memiliki kesetiaan yang tiada tara, bekerja tanpa kenal lelah dan tidak memiliki kepentingan lain selain menyelesaikan pekerjaan yang diberikan hingga tuntas;
  • Kita akan memiliki Integritas dan Loyalitas (Kesetiaan) yang tinggi;
  • Kita akan memiliki komitmen (pegang janji) yang tinggi;
  • Kita akan memiliki saling percaya yang tinggi kepada sesama manusia;
  • Kita akan memiliki kegigihan dalam berusaha (Kausalitas upaya) untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal atau baik.

Pemahaman dan pengamalan Prinsip Rukun Iman yang Ketiga, yaitu Iman kepada Rosul Allah atau Leadership Prinsiple adalah :
  • Kita akan mampu menjadi pemimpin yang dicintai;
  • Kita akan mampu menjadi pemimpin yang dipercaya;
  • Kita akan mampu menjadi pemimpin sekaligus pembimbing;
  • Kita kan mampu menjadi pemimpin yang berkepribadian;
  • Kita akan mampu menjadi pemimpin yang abadi, seperti Rusulullah Muhammad SAW

Pemahaman dan pengamalan Prinsip Rukun Iman yang Keempat, yaitu Iman kepada Kitab Allah atau Learning Prinsiple adalah :
  • Kita akan selalu belajar atau membaca;
  • Kita akan selalu mencari kebenaran;
  • Kita akan selalu berpikir kritis;
  • Kita akan selalu mengevaluasi diri kita dan menyempurnakannnya (up grade) diri kita untuk mencapai kesempurnaan;
  • Kita akan selalu mencari pedoman atau ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Allah

Pemahaman dan pengamalan Prinsip Rukun Iman yang Kelima, yaitu Iman kepada Hari Akhir atau Vision Prinsiple adalah :
  • Kita akan selalu berorientasi pada tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang;
  • Kita akan selalu berusaha mengoptimalkan upaya atau usaha untuk mencapai tujuan kita;
  • Kita akan selalu mempunyai pengendalian diri dan social;
  • Kita akan selalu mempunyai jaminan masa depan;
  • Kita akan selalu mempunyai ketenangan batiniah.

Pemahaman dan pengamalan Prinsip Rukun Iman yang Keenam, yaitu Iman kepada Hari Qodho dan Qodhar Allah atau Well Organized Prinsiple adalah :
  • Kita akan selalu memulai pekerjaan dengan menentukan tujuan akhir terlebih dahulu;
  • Kita akan selalu melaksanakan semua kegiatan atau aktivitas melalui proses tahap demi tahap;
  • Kita akan selalu meyakini adanya kepastian Hukum Alam dan Hukum Sosial;
  • Kita akan selalu berorientasi pembentukan system yang selalu bersinergi dengan system buatan Allah;
  • Kita akan selalu dalam membuat system meneladani system managemen alam semesta;
  • Kita akan selalu berorientasi pada pemeliharaan system yang sudah baik dengan menjaga sinergi.


Setelah kita paham dan mengamalkan Prinsip Ikhsan dan Rukun Iman atau SQ dan EQ dalam diri kita dan kita berada pada posisi telah memiliki pegangan atau prinsip hidup yang kokoh dan jelas, maka kita bias dikatakan telah memiliki Ketangguhan Pribadi atau Personal Stength.

Ciri kita telah memiliki ketangguhan pribadi adalah jika :
  • Tidak terpengaruh oleh lingkungannya yang terus berubah dengan cepat;
  • Tidak goyah meski diterpa badai sekeras apapun;
  • Mampu untuk mengambil suatu keputusan yang bijaksana dengan menyelaraskan prinsip atau pedoman hidup yang dianut dengan kondisi lingkungan, tanpa harus kehilangan pegangan atau pedoman hidup;
  • Mempunyai prinsip dari dalam diri yang mengalir ke luar, bukan dari luar dirinya masuk ke dalam diri;
  • Mampu mengendalikan pikirannya sendiri ketika berhadapan dengan situasi yang menekan;
  • Mempunyai kemerdekaan dari berbagai belenggu yang menyesatkan penglihatan dan pikiran serta terbebas dari paradigm yang keliru;
  • Mampu untuk memilih respon atau reaksi yang sesuai dengan prinsip yang dianut;
  • Memiliki pedoman yang jelas dalam mencari tujuan hidup dan tetap fleksibel serta bijaksana dalam menghadapi berbagai realitas kehidupan yang riil;
  • Mampu keluar dari dalam diri untuk melihat dirinya sendiri dari luar, sehingga mampu bersikap adil dan terbuka pada dirinya dan orang lain.

Kita  dikatakan tangguh secara pribadi, jika kita telah memiliki EQ yang paripurna, yaitu kita telah memiliki dan paham serta mengamalkan 6 (enam) prinsip moral atau rukun Iman, yaitu :
  • Kita telah memiliki, memahami dan mengamalkan prinsip dasar Tauhid (Star Principle), yaitu berprinsip hanya kepada Allah atau mempunyai Spiritual Commitment;
  • Kita telah memiliki, memahami dan mengamalkan prinsip Kepercayaan (Angel Principle), berupa komitmen seperti malaikat atau Spiritual Integrity;
  • Kita telah memiliki, memahami dan mengamalkan prinsip Kepemimpinan (Leadership Principle), berupa meneladani Nabi dan Rosul atau Spiritual Leadership;
  • Kita telah memiliki, memahami dan mengamalkan prinsip Pembelajaran (Lerning Principle), berpa berpedoman pada Al – Qur’an atau Continuous Improvement;
  • Kita telah memiliki, memahami dan mengamalkan prinsip Masa Depan (Vision Principle), berupa beriman pada hari Kemudian atau Spiritual Vision;
  • Kita telah memiliki, memahami dan mengamalkan prinsip Keteraturan (Well Organized Principle), berupa ikhlas pada Ketentuan dari Allah SWT atau Rules.

Agar Konsep SQ dari pemahaman dan pengamalan Ikhsan atas Asmaul Khusna dan Konsep EQ dari pemahaman dan pengamalan Rukun Iman kita, dapat diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga misi penciptaan kita sebagai Manusia di Muka Bumi yaitu beribadah kepada Allah SWT dan tugas yang diemban kita sebagai manusia di alam semesta sebagai Khalifah atau pengelola atau penguasa alam semesta tercapai, maka diperlukan konsep Aplikasi Penggabungan IQ, EQ dan SQ dalam kegiatan operasional sehari-hari kita sebagai manusia. Konsep tersebut dikenal dengan Rukun Islam, yang terdiri dari :
a)    2 (dua) Kalimat Syahadat (Mission Statement/Penetapan Misi)
b)   Sholat (Character Building/Pembangunan Karakter/sifat/tabiat)
c)    Puasa (Self Controlling/Pengendalian diri)
d)   Zakat (Strategic Collaboration/Sinergi)
e)    Haji (Total Action/Aplikasi Total)

Pemahaman dan pengamalan Konsep Rukun Islam yang merupakan konsep Aplikasi Penggabungan IQ, EQ dan SQ dalam kegiatan operasional sehari-hari kita sebagai manusia adalah sebagai berikut :

Dengan Pemahaman dan pengamalan Konsep Rukun Islam yang Pertama yaitu 2 (dua) kalimat Syahadat (Mission Statement), maka dalam keseharian kita, akan terbentuk tabiat atau sifat atau kebiasaan sebagai berikut :
  • Kita akan dapat membangun misi Kehidupan, yaitu tiada Ilah (segala sesuatu yang dicintai, diikuti dan ditakuti) kecuali Allah dan Muhammad SAW adalah utusan atau tauladan atau Uswah dalam mengabdi kepada Allah SWT;
  • Kita akan membulatkan tekad kita dalam mencapai Visi kita, yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akherat dengan menjadikan kita rahmatan lil alamin atau memulai dengan tujuan akhir;
  • Kita akan dapat membangun visi kita yaitu menuju Allah atau Tuhan yang maha tinggi dengan menjadikan kita rahmatan lil alamin;
  • Kita akan dapat menciptakan wawasan kita dalam bekerja keras untuk menuju Allah dengan memelihara wawasan kita, seakan-akan ia anak-anak jiwa kita, rancangan untuk mencapai akhir kita;
  • Kita akan dapat mentransformasikan nilai spiritual atau asmaul husna ke dalam membumikan nilai spiritual atau asmaul khusna, sehingga tercipta akhlakul kharimah;
  • Kita akan mempunyai komitmen total untuk mencapai visi kehidupan yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akherat dengan menjadikan diri kita rahmatan lil alamin dan merealisasikan misi kita yaitu tiada illah (segala sesuatu yang dicintai, diikuti dan ditakuti) kecuali Allah dan Muhammad SAW adalah utusan atau tauladan atau Uswah dalam mengabdi kepada Allah SWT.

Dengan Pemahaman dan pengamalan Konsep Rukun Islam yang Kedua yaitu Sholat  (Character Bulding), maka dalam keseharian kita, akan terbentuk tabiat atau sifat atau kebiasaan sebagai berikut :
  • Kita akan mempunyai waktu untuk relaksasi atau istirahat menyegarkan diri atau menjernihkan pikiran;
  • Kita akan mampu membangun kekuatan afirmasi (penegasan kembali), yaitu kekuatan yang dapat memvisualisasikan prinsip hidup yang diperolehnya melalui rukun Iman, dan menyelaraskan antara nilai-nilai dasar keimanan (asmaul khusna) dengan realitas kehidupan atau kenyataan hidup yang harus dihadapi. Afirmasi atau penegasan kembali memiliki lima dasar yaitu pribadi, positif, masa kini, visual dan emosi;
  • Kita akan mampu meningkatkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ), yaitu kecakapan emosi dan spiritual, berupa konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadhu), berusaha dan berserah diri (tawakal), ketulusan atau sincerity (Keikhlasan), totalitas (Kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ikhsan), dan komitmen;
  • Kita akan mampu membangun pengalaman positif, yaitu menciptakan pengalaman batiniah sekaligus pengalaman fisik (reinforcement) yang mendorong paradigm baru/pergeseran paradigm baru (new paradigm shift) yang positif;
  • Kita akan membangkitkan dan menyeimbangkan energy batiniah, yaitu sumber daya manusia yang diilhami “Cahaya Allah” yang akan turut berperan untuk memakmurkan bumi, bias menambah energy baru yang terakumulasi menjadi kumpulan dorongan dahyat untuk segera berkarya (beribadah) dan mengaplikasikan pemikiran kita ke dalam alam realita kita, yang merupakan perjuangan nyata kita dalam menjalankan misi kita sebagai manusia yaitu Rahmatan Lil Alamin;
  • Kita akan mempunyai cara atau metode pengasahan prinsip rukun iman (EQ), yaitu pelatihan menyeluruh untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kejernihan emosi dan spiritual kita, menanamkan tujuan hidup (core purpose) ke dalam jiwa kita sebagai manusia, yaitu berupa terbangunnya kejelasan visi kita yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan akherat dan Rahmatan Lil Alamin serta misi kita sebagai manusia yaitu beribadah kepada Allah, yang membuat hidup kita sebagai manusia menjadi mantap dalam menjalani setiap aktivitas hidup kita;
  • Kita akan mempunyai pelatihan ketangguhan social (social strength), yaitu berupa sholat berjamaah atau tim yang terkoordinasi.

Dengan Pemahaman dan pengamalan Konsep Rukun Islam yang Ketiga yaitu Puasa (Self Controlling), maka dalam keseharian kita, akan terbentuk tabiat atau sifat atau kebiasaan sebagai berikut :
  • Kita akan meraih kemerdekaan sejati, yaitu merdeka dan bebas dari berbagai belenggu yang mengungkung titik Tuhan (God Spot/Spiritual Capital) kita;
  • Kita akan dapat memelihara titik Tuhan (God Spot/Spiritual Capital) pada diri kita, yaitu melindungi core values atau fitrah ruh ilahiah dan menjaga isi God Spot/Spiritual Capital agar selalu tetap memiliki kejernihan hati dan menghentikan bentuk penghambaan kepada selain Allah, sebagaimana disebutkan dalam Hadis Qudsi “Seorang hamba akan mendekatkan diri kepadaku dengan puasa, hingga aku mencintainya, dan bila aku mencintainya, menjadilah pendengaranku yang digunakan untuk mendengar, penglihatanku yang digunakan untuk melihat, tanganku yang digunakan untuk bertindak, serta kakiku yang digunakan untuk berjalan”;
  • Kita akan dapat mengendalikan suasana hati kita yang sangat berkuasa atas wawasan, pikiran dan tindakan;
  • Kita akan dapat meningkatkan kecakapan emosi (EQ) secara fisiologis, hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman tarhadap anak-anak tk di Stanford USA;
  • Kita akan dapat mengendaliakn prinsip Rukun Iman (EQ), yaitu pengendalian pikiran dan hati agar tetap berada pada garis orbit yang telah digariskan dalam prinsip berpikir berdasarkan Rukun Iman;

Dengan Pemahaman dan pengamalan Konsep Rukun Islam yang Keempat yaitu Zakat (Stategik Collaboration), maka dalam keseharian kita, akan terbentuk tabiat atau sifat atau kebiasaan sebagai berikut :
  • Kita akan mampu mengeluarkan semua potensi spiritual (core values), yaitu dengan mempergunakan dan member system pendelegasian fitrah (core values) semua sumber daya yang dipunyai untuk melakukan sinergi dalam rangka mencapai sebuah tujuan secara efektif dalam tindakan seperti member perhatian dan penghargaan kepada orang, memahami perasaan orang lain, menepati janji yang sudah kita berikan, bersikap toleran, mau mendengarkan orang lain, bersikap empati, menunjukkan integritas, menunujkkan sikap rahman dan rahim kepada orang lain dan suka menolong orang lain;
  • Kita akan menciptakan investasi kepercayaan diantara kedua belah pihak, mencairkan dan menghapus prasangka negative akibat perbedaan sudut pandang, dan mengubahnya menjadi hubungan saling percaya dua arah yang mendalam;
  • Kita akan dapat menciptakan investasi komitmen atau janji dua arah yang mendalam;
  • Kita akan mampu membangun dan menciptakan landasan kooperatif positif dan kondusif bagi terciptanya sebuah sinergi;
  • Kita akan mampu menciptakan investasi kredibilitas yang dibutuhkan sebagai pondasi untuk melakukan aliansi dengan orang lain;
  • Kita akan mampu menciptakan investasi keterbukaan, empati dan kompromi dalam berhubungan dengan orang lain.

Dengan Pemahaman dan pengamalan Konsep Rukun Islam yang Kelima yaitu Haji (Total Action), maka dalam keseharian kita, akan terbentuk tabiat atau sifat atau kebiasaan sebagai berikut :
  • Kita akan mampu memulai langkah mengosongkan pikiran dan suara hati kita (Zero Mind) dengan melakukan Ihram;
  • Kita Kita akan mampu melakukan evaluasi diri dan visualisasi gambaran masa depan atau wawasan melalui pelaksanaan wukuf di Arafah;
  • Kita akan mampu menghadapi tantangan yang selalu mengahadang melalui pelaksanaan lontar jumroh;
  • Kita akan mampu untuk mengasah komitmen atau janji dan integritas melalui Thawaf;
  • Kita akan mampu untuk mengasah AQ (Adversity Quotient), yaitu kecerdasan kita dalam mengatasi kesulitan dan sanggup bertahan hidup dengan melalui pelaksanaan sai;
  • Kita akan mampu menyinergikan seluruh potensi umat melalui pelaksanaan hajiitu sendiri oleh jemaah haji, termasuk diri kita.

Sumber : (dengan perubahan).
  1. http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html
  2. http://akangheriyana.wordpress.com/2012/01/03/pembentukan-kapasitas-pribadi-lewat-emotional-spiritual-quotient-esq-model/

Jumat, 11 Januari 2013

Mengenal Konsep Kecerdasan Spiritual (SQ: spiritual quotient)

 

Kecerdasan spiritual atau yang biasa dikenal dengan SQ (bahasa Inggris: spiritual quotient) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. Quotient spiritual (SQ) digambarkan sebagai ukuran yang terlihat pada seseorang kecerdasan spiritual dalam cara yang sama seperti intelligence quotient (IQ) terlihat pada kecerdasan kognitif. 

Konsep spiritual quotient merangkum 6 jenis kepribadian: sosial, investigasi, artistik, realis, kontraktor dan konvensional.

SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna.


Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya.


Perbandingan antara SQ, ​​EQ dan IQ


Perbandingan antara SQ, EQ dan IQ dapat ditemukan dalam buku "SQ: Spiritual Quotient" oleh Dr Muhammad BozdaÄŸ. 

"Para penulis yang sudah mulai keluar dishing buku oleh lusin pada subjek Spiritual Quotient berpendapat bahwa hanya SQ yang mengatur manusia terpisah dari kedua mesin dan hewan. Menurut mereka SQ adalah tentang belas kasih dan kreativitas, kesadaran diri dan self harga diri, fleksibilitas dan syukur Jadi apa yang pernah didukung oleh para filsuf besar dari orang-orang seperti. Swami Vivekananda sekali lagi ditekankan oleh dunia modern perusahaan ".

Perbedaan yang dibuat adalah bahwa : 
  • IQ dan EQ menjelaskan peristiwa luar biasa oleh "kebetulan, kebetulan, kecelakaan" istilah, yang dianggap sebagai kekacauan spontan. 
  • SQ, di sisi lain, melihat acara semacam ini sebagai membutuhkan tingkat lebih halus perhatian, dengan asumsi bahwa mereka direncanakan oleh kesadaran tak-terbatas.

Menurut teori standar pada emosi, emosi makhluk yang alami, mereka adalah genetik, hormonal atau naluriah di alam. Teori Spiritual Quotient memposisikan bahwa emosi bukan berasal dari ribuan saluran inspirasi spiritual, dan bertujuan untuk mendorong orang untuk menemukan cara penginderaan saluran inspirasi mengambang di alam semesta. 


Kritik terhadap konsep SQ

Teori SQ telah dikritik karena pseudo-ilmiah, plin-plan upaya untuk mendefinisikan sebuah konsep menjadi ada, yang tidak memiliki koherensi nyata dan istilah pencampuran dan konsep. Mereka juga telah dikritik karena saran mereka bahwa SQ adalah sesuatu yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan, yang membuat perbandingan dengan IQ dan EQ (perbandingan tersirat dalam penggunaan akronim SQ) lemah dan menunjukkan itu hanyalah sebuah istilah yang diciptakan untuk memberikan kepercayaan kepada mereka yang memegang plin-plan keyakinan yang mendasari teori yang relevan. 

Sumber :
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_spiritual, 21 Oktober 2012, 18.10 UTC.
  2. http://en.wikipedia.org/wiki/SQ,  3 Desember 2012 jam 22:09 UTC.

Kamis, 10 Januari 2013

Mengenal Konsep Kecerdasan Emosional (EQ : emotional quotient)

 

Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (bahasa Inggris: emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. 

Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.


Sejarah

Akar awal kecerdasan emosional dapat ditelusuri ke Charles Darwin pekerjaan 's tentang pentingnya ekspresi emosional untuk kelangsungan hidup dan, kedua, adaptasi. Pada 1900-an, meskipun definisi tradisional intelijen menekankan aspek kognitif seperti memori dan masalah pemecahan, beberapa peneliti berpengaruh di bidang intelijen studi telah mulai mengakui pentingnya non-kognitif aspek. Misalnya, pada awal 1920, EL Thorndike menggunakan istilah kecerdasan sosial untuk menjelaskan keahlian memahami dan mengelola orang lain. 


Demikian pula, pada tahun 1940 David Wechsler menggambarkan pengaruh non-faktor intellective pada perilaku cerdas, dan lebih jauh berpendapat bahwa model kecerdasan kita tidak akan lengkap sampai kita cukup bisa menggambarkan faktor.  Pada tahun 1983, Howard Gardner 's Frames Pikiran: Teori Multiple Intelligences memperkenalkan gagasan kecerdasan ganda yang termasuk baik kecerdasan interpersonal (kemampuan untuk memahami niat, motivasi dan keinginan orang lain) dan kecerdasan intrapersonal (kemampuan untuk memahami diri sendiri, untuk menghargai perasaan seseorang , ketakutan dan motivasi). Dalam pandangan Gardner, jenis tradisional kecerdasan, seperti IQ , gagal untuk sepenuhnya menjelaskan kemampuan kognitif.  Dengan demikian, meskipun nama-nama yang diberikan kepada konsep bervariasi, ada kepercayaan umum bahwa definisi tradisional kecerdasan yang kurang dalam kemampuan untuk sepenuhnya menjelaskan hasil kinerja.

Penggunaan pertama dari "kecerdasan emosional" Istilah biasanya dihubungkan dengan Wayne Payne tesis doktor , Sebuah Studi Emosi:. Mengembangkan Kecerdasan Emosional dari tahun 1985 [6] Namun, sebelum ini, "kecerdasan emosional" Istilah itu muncul di Leuner ( 1966).  Stanley Greenspan (1989) juga mengajukan sebuah model EI, diikuti oleh Salovey dan Mayer (1990),  dan Daniel Goleman (1995). Perbedaan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan sifat kemampuan emosional diperkenalkan pada tahun 2000. 
 

Five Factor Model (FFM) personality traits

 

Dalam psikologi , Lima Besar kepribadian sesorang adalah lima domain luas atau dimensi kepribadian yang digunakan untuk menggambarkan kepribadian manusia. Teori didasarkan pada lima faktor Big disebut Model Lima Faktor (FFM) meliputi :
  1. Keterbukaan (Openness) terhadap Pengalaman - (inventif / penasaran vs konsisten / hati-hati). Penghargaan seni, emosi petualangan,, ide-ide yang tidak biasa, rasa ingin tahu , dan berbagai pengalaman. Keterbukaan mencerminkan tingkat keingintahuan intelektual, kreativitas dan preferensi untuk kebaruan dan variasi. Beberapa ketidaksetujuan tetap tentang bagaimana menafsirkan faktor keterbukaan, yang kadang-kadang disebut "intelek" ketimbang keterbukaan terhadap pengalaman.
  2. Kesadaran (Conscientiousness)- (efisien / terorganisir vs easy-going/careless). Sebuah kecenderungan untuk menunjukkan disiplin diri , bertindak patuh , dan bertujuan untuk pencapaian, direncanakan daripada perilaku spontan, terorganisir, dan bisa diandalkan.
  3. Extraversion (Extraversion) (keluar / energik vs soliter / reserved). Energi, emosi positif, surgency , ketegasan, sosialisasi, dan kecenderungan untuk mencari stimulasi di perusahaan orang lain, dan banyak bicara.
  4. Keramahan (Agreeableness) (ramah / penyayang vs dingin / tidak baik). Kecenderungan untuk menjadi welas asih dan kooperatif ketimbang mencurigakan dan antagonis terhadap orang lain.
  5. Neurotisisme (Neuroticism) (sensitif / gugup vs aman / percaya diri). Kecenderungan untuk mengalami emosi yang tidak menyenangkan dengan mudah, seperti kemarahan , kecemasan , depresi, atau kerentanan . Neurotisisme juga mengacu pada tingkat kestabilan emosi dan kontrol impuls, dan kadang-kadang disebut oleh tiang rendah - "kestabilan emosi". 

Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni 
  1. mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri
  2. memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain
  3. mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional
  4. dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri

Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.

Pengukuran Kompetensi Emosional 

http://www.dtssydney.com/images/images/eq_graph_intercorrelations.png

EI Kemampuan biasanya diukur menggunakan tes kinerja maksimum dan memiliki hubungan yang kuat dengan kecerdasan tradisional, sedangkan EI sifat biasanya diukur dengan menggunakan kuesioner laporan diri dan memiliki hubungan yang kuat dengan kepribadian.

Dua alat pengukuran didasarkan pada model Goleman:
  1. Inventory Emotional Kompetensi (ECI), yang diciptakan pada tahun 1999, dan Inventarisasi Kompetensi Emosional dan Sosial (ESCI), yang diciptakan pada tahun 2007.
  2. The Appraisal Kecerdasan Emosional, yang diciptakan pada tahun 2001 dan yang dapat diambil sebagai laporan diri atau 360 derajat penilaian.

Kritik Seputar Kecerdasan Emosional.

Kritik telah berpusat pada apakah EI adalah nyata kecerdasan dan apakah memiliki validitas inkremental atas IQ dan Lima Besar ciri kepribadian. Kritik terhadap masalah pengukuran kecerdasan emosional :
  1. Kemampuan EI tindakan mengukur kesesuaian, bukan kemampuan
  2. Kemampuan EI tindakan mengukur pengetahuan (bukan kemampuan aktual)
  3. Kemampuan EI tindakan mengukur kepribadian dan kecerdasan umum
  4. Self-laporan tindakan rentan terhadap berpura-pura (tidak jujur)
  5. Klaim untuk daya prediksi EI terlalu ekstrim


EI, IQ dan prestasi kerja


Penelitian EI dan kinerja kerja menunjukkan hasil yang beragam: hubungan positif telah ditemukan di beberapa penelitian, orang lain tidak ada hubungan atau tidak konsisten satu. Hal ini menyebabkan para peneliti Cote dan Miners (2006) untuk menawarkan model kompensasi antara EI dan IQ, yang mengemukakan bahwa hubungan antara EI dan prestasi kerja menjadi lebih positif seperti penurunan kecerdasan kognitif, ide pertama kali diusulkan dalam konteks kinerja akademik (Petrides, Frederickson, & Furnham, 2004). Hasil dari studi mantan mendukung model kompensasi: karyawan dengan IQ rendah mendapatkan kinerja yang lebih tinggi tugas dan perilaku organisasi kewarganegaraan diarahkan pada organisasi, semakin tinggi EI mereka.

Kajian meta-analisis oleh Joseph dan Newman juga mengungkapkan bahwa baik EI Kemampuan dan EI Trait cenderung memprediksi kinerja pekerjaan yang lebih baik dalam pekerjaan yang membutuhkan tingkat tinggi tenaga kerja emosional (di mana 'tenaga kerja emosional' didefinisikan sebagai pekerjaan yang memerlukan tampilan yang efektif dari emosi positif). Sebaliknya, EI menunjukkan sedikit hubungan terhadap prestasi kerja dalam pekerjaan yang tidak membutuhkan tenaga kerja emosional. Dengan kata lain, kecerdasan emosional cenderung untuk memprediksi kinerja pekerjaan untuk pekerjaan emosional saja.

Sebuah penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa EI belum tentu sifat universal positif. Mereka menemukan korelasi negatif antara EI dan tuntutan kerja manajerial, sementara di bawah tingkat rendah tuntutan kerja manajerial, mereka menemukan hubungan negatif antara EI dan efektivitas kerja sama tim. Penjelasan untuk ini mungkin menunjukkan perbedaan gender dalam EI, karena wanita cenderung mencetak tingkat yang lebih tinggi daripada laki-laki. Ini furthers gagasan bahwa konteks pekerjaan memainkan peran dalam hubungan antara EI, efektivitas kerja sama tim, dan kinerja.

Sumber :
  1. http://id.wikipedia.org/, 18 September 2012, 06.44 UTC.
  2. http://en.wikipedia.org/, 10 Januari 2013,  1:07 UTC.
  3. http://www.e-psikologi.com/

Mengenal IQ (intelligence quotient).

 

Kecerdasan atau yang biasa dikenal dengan IQ (bahasa Inggris: intelligence quotient) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.

intelligence quotient, atau IQ, adalah skor yang diperoleh dari salah satu dari beberapa tes standar yang dirancang untuk menilai kecerdasan. Singkatan "IQ" berasal dari Jerman jangka Intelligenz-Quotient, awalnya diciptakan oleh psikolog William Stern . 

Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ.

IQ telah terbukti berhubungan dengan faktor-faktor seperti morbiditas dan mortalitas , orangtua status sosial, dan, pada tingkat substansial, IQ orang tua biologis. Sementara heritabilitas IQ telah diteliti selama hampir satu abad, masih ada perdebatan tentang pentingnya estimasi heritabilitas dan mekanisme warisan.

Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.

Skor IQ digunakan sebagai prediktor pendidikan prestasi, kebutuhan khusus , prestasi kerja dan pendapatan . Mereka juga digunakan untuk mempelajari distribusi IQ pada populasi dan korelasi antara IQ dan variabel lainnya. Skor IQ rata-rata untuk banyak populasi telah meningkat pada tingkat rata-rata tiga poin per dekade sejak awal abad 20, sebuah fenomena yang disebut efek Flynn . Hal ini diperdebatkan apakah perubahan dalam skor mencerminkan perubahan nyata dalam kemampuan intelektual.


Sejarah Awal

Uji skala besar pertama mental yang mungkin telah menjadi ujian kekaisaran sistem di Cina. Pengujian mental yang modern mulai di Perancis pada abad ke-19. Ini memberikan kontribusi untuk memisahkan keterbelakangan mental dari penyakit mental dan mengurangi pengabaian, penyiksaan, dan ejekan menumpuk pada kedua kelompok.

Inggris Francis Galton menciptakan istilah psikometri dan eugenika , dan mengembangkan metode untuk mengukur kecerdasan berdasarkan nonverbal sensorik-motor tes. Itu awalnya populer, tetapi ditinggalkan setelah penemuan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan hasil seperti nilai kuliah.

Perancis psikolog Alfred Binet , bersama-sama dengan psikolog Henri Victor dan Théodore Simon , setelah sekitar 15 tahun pembangunan, menerbitkan tes Binet-Simon pada tahun 1905, yang berfokus pada kemampuan verbal. Hal itu dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterbelakangan mental pada anak-anak sekolah. skor pada skala Binet-Simon akan mengungkapkan usia mental anak. Misalnya, seorang anak enam tahun yang lulus semua tugas biasanya lewat enam-year-olds-tapi tidak luar-akan memiliki usia mental yang persis cocok usia kronologis nya, 6.0. (Fancher, 1985). Dalam pandangan Binet, ada keterbatasan dengan skala dan ia menekankan apa yang ia lihat sebagai keragaman yang luar biasa dari kecerdasan dan kebutuhan selanjutnya untuk belajar menggunakan kualitatif, sebagai lawan kuantitatif, langkah-langkah (Putih, 2000).

Psikolog Amerika Henry H. Goddard menerbitkan terjemahan itu pada tahun 1910. The eugenika gerakan di AS disita di atasnya sebagai sarana untuk memberi mereka kredibilitas dalam mendiagnosis keterbelakangan mental, dan ribuan wanita Amerika, kebanyakan dari mereka miskin di Afrika Amerika, yang secara paksa disterilkan berdasarkan skor mereka pada tes IQ, sering tanpa persetujuan mereka atau pengetahuan. Psikolog Amerika Lewis Terman di Stanford University merevisi Binet-Simon skala, yang mengakibatkan Stanford-Binet Intelligence Scales (1916). Ini menjadi tes yang paling populer di Amerika Serikat selama beberapa dekade.

JP Guilford 's Struktur Intelek (1967) model yang digunakan tiga dimensi yang bila dikombinasikan menghasilkan total 120 jenis kecerdasan. Itu populer pada 1970-an dan awal 1980-an, tetapi memudar karena kedua masalah praktis dan kritik teoritis.

Alexander Luria 's karya sebelumnya pada proses neuropsikologi mengarah pada teori PASS (1997). Ini menyatakan bahwa hanya melihat satu faktor umum adalah tidak memadai bagi para peneliti dan dokter yang bekerja dengan ketidakmampuan belajar, gangguan perhatian, keterbelakangan mental, dan intervensi untuk cacat tersebut. Model PASS mencakup empat macam proses :
  1. Proses perencanaan melibatkan pengambilan keputusan
  2. pemecahan masalah
  3. melakukan kegiatan 
  4. membutuhkan penetapan tujuan dan self-monitoring. 

Proses perhatian / gairah melibatkan selektif menghadiri terhadap rangsangan tertentu, mengabaikan gangguan, dan memelihara kewaspadaan. Pengolahan simultan melibatkan integrasi rangsangan ke dalam kelompok dan membutuhkan pengamatan hubungan. Pengolahan Berturut-turut melibatkan integrasi rangsangan ke dalam urutan serial. Komponen perencanaan dan perhatian / gairah berasal dari struktur yang terletak di lobus frontal, dan proses simultan dan berturut-turut berasal dari struktur yang terletak di daerah posterior dari korteks. Hal ini dipengaruhi beberapa tes IQ baru-baru ini , dan telah dipandang sebagai pelengkap teori Cattell-Horn-Carroll dijelaskan di atas. 


Definisi Kecerdasan


Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg&amp; Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif.


Struktur kecerdasan


Kecerdasan dapat dibagi dua yaitu kecerdasan umum biasa disebut sebagai faktor-g maupun kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya kecerdasan dapat dipilah-pilah. Berikut ini pembagian spesifikasi kecerdasan menurut L.L. Thurstone:
  1. Pemahaman dan kemampuan verbal
  2. Angka dan hitungan
  3. Kemampuan visual
  4. Daya ingat
  5. Penalaran
  6. Kecepatan perseptual

Skala Wechsler yang umum dipergunakan untuk mendapatkan taraf kecerdasan membagi kecerdasan menjadi dua kelompok besar yaitu kemampuan kecerdasan verbal (VIQ) dan kemampuan kecerdasan tampilan (PIQ).


Faktor yang memengaruhi kecerdasan


Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecerdasan, yaitu:
1. Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.

2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

3. Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.

4. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Pengukuran taraf kecerdasan


Salah satu uji kecerdasan yang diterima luas ialah berdasarkan pada uji psikometrik atau IQ. 

Pengukuran kecerdasan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis atau tes tampilan (performance test) atau saat ini berkembang pengukuran dengan alat bantu komputer. Alat uji kecerdasan yang biasa di pergunakan adalah :
1. Stanford-Binnet intelligence scale
2. Wechsler scales yang terbagi menjadi beberapa turunan alat uji seperti :
  • WB (untuk dewasa)
  • WAIS (untuk dewasa versi lebih baru)
  • WISC (untuk anak usia sekolah)
  • WPPSI (untuk anak pra sekolah)
3. IST
4.TIKI (alat uji kecerdasan Khas Indonesia)
5.FRT6.  
6. PM-60, PM Advance


Tes IQ modern termasuk Matriks Progresif Raven , Wechsler Adult Intelligence Scale , Wechsler Intelligence Scale for Children , Stanford-Binet , Woodcock-Johnson Tes Kemampuan Kognitif , dan Kaufman Baterai Penilaian untuk Anak-anak .

Sekitar 95% dari populasi memiliki skor dalam waktu dua standar deviasi (SD) dari mean. Jika salah satu SD adalah 15 poin, seperti umum di hampir semua tes modern, maka 95% dari populasi berada dalam kisaran 70 sampai 130, dan 98% di bawah 131. Atau, dua-pertiga dari populasi memiliki skor IQ dalam satu SD dari yaitu, rata-rata dalam kisaran 85-115.

IQ timbangan skala ordinal . Sementara satu standar deviasi adalah 15 poin, dan dua SD adalah 30 poin, dan seterusnya, ini tidak berarti bahwa kemampuan mental berhubungan linier terhadap IQ, sehingga IQ 50 berarti setengah kemampuan kognitif dari IQ 100. Secara khusus, poin IQ tidak poin persentase. Korelasi antara hasil tes IQ dan tes prestasi hasil adalah sekitar 0,7.

Tes IQ modern dirancang, mean (rata-rata) skor dalam suatu kelompok usia diatur ke 100 dan standar deviasi (SD) hampir selalu sampai 15, meskipun ini tidak selalu begitu historis. [1] Jadi, maksudnya adalah bahwa sekitar 95% dari nilai populasi dalam waktu dua SD dari mean, yaitu memiliki IQ antara 70 dan 130.


Usia Mental vs metode tes IQ modern.


File: IQ curve.svg
IQ dari populasi cukup besar dihitung sehingga mereka sesuai ke distribusi normal dengan rata-rata dari 100 dan standar deviasi dari 15.


Jerman psikolog William Stern mengusulkan metode mencetak tes kecerdasan anak pada tahun 1912. Dia menghitung apa yang ia sebut skor Intelligenz-Quotient, atau IQ, sebagai hasil bagi dari 'usia mental' (kelompok usia yang mencetak seperti hasil rata-rata) dari pengambil tes-dan 'usia kronologis' dari tes- taker, dikalikan dengan 100. Terman menggunakan sistem ini untuk versi pertama dari Stanford-Binet Intelligence Scales. Metode ini memiliki beberapa masalah seperti fakta bahwa hal itu tidak dapat digunakan untuk dewasa skor.

Wechsler memperkenalkan prosedur yang berbeda untuk tes-nya yang kini digunakan oleh hampir semua tes IQ. Ketika tes IQ dibangun, sebuah standarisasi sampel yang representatif dari populasi umum mengambil ujian. Hasil median didefinisikan setara dengan 100 poin IQ. Dalam hampir semua tes modern, standar deviasi dari hasil didefinisikan sebagai setara dengan 15 poin IQ. Ketika subjek mengambil tes IQ, hasilnya peringkat dibandingkan dengan hasil dari sampel standarisasi dan subjek diberikan skor IQ sama dengan orang-orang dengan hasil tes yang sama dalam sampel standardisasi.

Nilai-nilai dari 100 dan 15 dipilih untuk mendapatkan skor agak mirip seperti di tua jenis tes. Kemungkinan sebagai bagian dari persaingan antara Binet dan Wechsler, Binet hingga tahun 2003 memilih untuk memiliki 16 untuk satu SD, menyebabkan kebingungan yang cukup besar. Hari ini, hampir semua tes menggunakan 15 untuk satu SD. Skor modern kadang-kadang disebut sebagai "IQ penyimpangan," sedangkan metode yang lebih tua usia tertentu skor yang disebut sebagai "IQ rasio."


Kritik terhadap tes IQ


 

Kelemahan dari alat uji kecerdasan ini adalah terdapat bias budaya, bahasa dan lingkungan yang memengaruhinya. Kekecewaan terhadap tes IQ konvensional menimbulkan pengembangan sejumlah teori alternatif, yang semuanya menegaskan bahwa kecerdasan adalah hasil dari sejumlah kemampuan independen yang berkonstribusi secara unik terhadap tampilan manusia.

Stephen Jay Gould adalah salah satu tokoh yang mengkritik teori kecerdasan. Dalam bukunya The Mismeasure of Man (Kesalahan Ukur Manusia), ia mengemukakan bahwa kecerdasan sebenarnya tak bisa diukur, dan juga mempertanyakan sudut pandang hereditarian atas kecerdasan.

Sumber :
  1. http://en.wikipedia.org/wiki/Intelligence_quotient,
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Intelligence_quotient