Jumat, 01 Maret 2013

5 Cara Menstimulasi Potensi Anak



Menurut Sani B. Hermawan, psikolog dan direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, tahun pertama hingga ketiga usia anak merupakan periode emas kehidupan anak untuk bertumbuh dan berkembang. Pada usia tersebut, anak sedang dalam proses membentuk dirinya. Pengembangan kognisi serta emosi pada usia dini ciptakan fondasi paling hakiki si kecil. Peran orangtua di sini sangat penting, mulai dari pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang, hingga membantu si kecil mencapai perkembangan mental dan daya kognisi yang optimal 

Dilanjutkan Sani, dalam acara "Wall of Gain Moment", peluncuran kemasan baru susu Gain Plus dan Gain School dari Abbot beberapa waktu lalu di Mall of Indonesia, Minggu, 30 Januari 2011, potensi anak bisa digali lewat stimulasi. 

Berikut ini 5 cara untuk menstimulasi potensi anak, yakni:

1. Permainan gerak atau permainan fungsi
Yaitu permainan yang dilaksanakan dengan gerakan tujuan melatih fungsi organ tubuh dan panca indera. Misal: melempar benda, menggerak-gerakkan kaki, meremas benda, identifikasi suara, bunyi, dan lainnya.

2. Permainan fantasi/peran
Yaitu permainan yang dipengaruhi oleh fantasi seorang anak. Misal: berperan sebagai ayah/ibu, dokter, nelayan, dan lain sebagainya.

3. Permainan problem solving
Permainan yang mengandung kecerdasan/keterampilan berpikir. Yang melibatkan penyelesaian masalah, misalnya; menjawab teka-teki atau menemukan jawaban dalam suatu masalah, dan lainnya.

4. Permainan bentuk
Mencoba membentuk (konstruktif) suatu karya atau memugarnya (destruktif) suatu karya karena ingin mengetahui komponen atau ingin mengubahnya.

5. Permainan kelompok (team work)
Contoh, membuat yel-yel atau membangun menara.

Penulis : Nadia Felicia 
Editor :Nadia Felicia
Sumber :http://edukasi.kompas.com/, Rabu, 9 Februari 2011, 10:38 WIB

5 Cara Melatih Anak Jadi Pemimpin


Anak Anda punya bakat jadi pemimpin? Perhatikan, apakah ia selalu "mengatur" teman-temannya mengenai permainan apa yang akan dilakukan? Apakah teman-temannya dengan sukarela mengikuti kemauannya? Apakah ia selalu berani mengungkapkan pendapatnya, dan meminta untuk diberi kesempatan menyanyi atau berdoa di depan kelas?

Mungkin, belum semua anak menunjukkan perilaku yang menunjukkan karakter seorang pemimpin. Lalu, bagaimana cara mendorong mereka untuk mengembangkan perilaku kepemimpinan?

1. Tanyai pendapat mereka
Saat sedang bersama-sama di rumah, tanyakan pada mereka hal-hal seperti, "Kamu mau pakai kaus yang merah atau yang biru?" Atau, "Kamu mau susu cokelat atau vanila?" Dengan menjawab pertanyaan seperti ini, mereka melatih kemampuan berbicara asertif, dan bagaimana membuat keputusan yang baik.

2. Kenalkan mereka pada pemimpin
Ceritakan pada mereka mengenai sejumlah tokoh pemimpin, entah dari buku cerita, acara di TV, atau orang-orang yang ada di lingkungan Anda. Saat mereka melihat bagaimana pemimpin beraksi, mereka akan tahu bagaimana perilaku seorang pemimpin. Kelak, ia pun akan meniru tingkah laku tersebut.

3. Puji perilaku kepemimpinan mereka
Jika mereka tidak tahu apa yang Anda inginkan, mereka tak akan pernah melakukannya. Karena itu, saat Anda tahu mereka melakukan suatu tindakan memimpin atau membuat keputusan yang baik, sampaikan pada mereka. Katakan, "Nah, gitu dong! Ibu senang kalau kamu mau berbagi!"

4. Lakukan kegiatan yang membantu mereka menunjukkan kemampuan memimpin
Kenalkan mereka pada kegiatan-kegiatan yang membantu mereka melakukan kemampuan memimpin. Misalnya, membantu mengatur barisan teman-temannya saat acara outing dari sekolah. Ketika mereka dibiasakan untuk melakukan hal-hal seperti ini, mereka juga akan mampu mempraktekkannya di rumah maupun di tempat lain.

5. Bantu mereka menentukan tujuan pribadi
Ketika mereka menentukan tujuan untuk diri mereka sendiri, yang tak ada hubungannya dengan kepentingan orang lain, otomatis mereka akan mendemonstrasikan kemampuan leadership. Sebab, mereka akan memimpin diri mereka sendiri.

Penulis : Felicitas Harmandini
Editor :Dini
Sumber :Shine,dikutip dari : http://edukasi.kompas.com/, Selasa, 22 Maret 2011, 12:29 WIB

Mencetak Pribadi yang Mencipta, Bukan Membeli



Jiwa kewirausahaan perlu ditanamkan dalam diri anak sejak belia. Sasarannya bukan pada memicu anak berbisnis atau menjual sesuatu. Namun lebih kepada pembentukan karakter pribadi yang tangguh dan berdaya tahan tinggi. Cara sederhana yang bisa dibiasakan orangtua adalah ajak anak mencipta, membuat sesuatu, bukan membeli barang yang diinginkan. 

Pakar pendidikan, Arief Rachman, mengatakan orangtua terbiasa mengajak anak membeli sesuatu saat ke mal misalnya. Orangtua merasa perlu menyenangkan hati anak karena terlalu sibuk bekerja. Kecenderungan yang terjadi adalah, anak dihadapkan pada berbagai macam kesenangan atau barang. 

"Orangtua terbiasa menawarkan anak untuk bebas membeli apa saja yang mereka suka, sebagai bentuk penggantian atas rasa bersalahnya karena kesibukan sehari-hari. Padahal, anak perlu diajak untuk berpikir kreatif, berinisiatif, dengan mengajukan pertanyaan ke mereka seperti, 'Ayo, kita mau membuat apa?'" jelas Arief kepada Kompas Female, beberapa waktu lalu. 

Kebiasaan menciptakan sesuatu inilah yang melandasi cara berpikir anak. Pola pikir seperti ini bisa dilatih, dan butuh peran orangtua sebagai pendukungnya. Dengan semangat mencipta, anak tak tumbuh menjadi pribadi yang mengandalkan orang lain untuk menghidupi dirinya. Orientasi anak tak seperti kebanyakan orang, sekolah, lalu mencari pekerjaan untuk menafkahi diri. Namun yang akan terjadi adalah sebaliknya, anak akan berpikir kreatif membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya dan orang lain. 

Nah, untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan ini, Arief menyebutkan sejumlah syarat. Ia menjelaskan, anak perlu memahami bahwa hidup punya aturan dan etiket. "Aturan perlu dibarengi dengan dorongan dari orangtua," lanjutnya. Mengajak anak untuk membuat sesuatu daripada membeli adalah juga bentuk etiket dan aturan. Pesannya, untuk mendapatkan sesuatu, setiap orang perlu berusaha, tidak menerima begitu saja dengan mudahnya.

Syarat lain yang juga penting, kata Arief, adalah dalam menjalani hidup, seseorang harus memiliki perilaku positif. Sikap positif perlu ditanamkan dalam diri anak sejak belia. Dengan kepribadian positif inilah jiwa kewirausahaan tertanam dalam diri anak. 

Kewirausahaan juga bisa ditanamkan melalui kebiasaan. Kebiasaan mencipta tadi bisa menjadi cara yang dibiasakan sejak kecil. Syarat menanamkan jiwa kewirausahaan lainnya adalah juga pengetahuan dan keterampilan. "Pengetahuan juga diperlukan namun tak perlu banyak. Banyak pengetahuan namun tak punya etiket juga tak ada gunanya," jelas Arief. 

Jiwa kewirausahaan yang tertanam dalam diri ini memiliki pengaruh besar dalam hidup seseorang. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki tujuan, tangguh menjalani proses, pantang menyerah. "Jika pun gagal dalam hidup ia tak mudah menyerah," tutup Arief.

Penulis : Wardah Fazriyati 
Editor : Wawa
Sumber :http://edukasi.kompas.com/, Senin, 2 Mei 2011, 17:26 WIB 

4 Cara Tumbuhkan Jiwa Wirausaha pada Anak



Menjadi pewirausaha dianggap sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai masalah di dunia kerja. Bahkan, Mary Mazzio, pembuat film sekaligus seorang pengusaha di Amerika, mengatakan bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk menjadi wirausaha. "Namun Anda harus bertanya bagaimana cara menciptakan nilai lebih pada produk, dan mengetahui cara bisnis yang lebih baik," ungkap Mazzio.

Untuk menambah ilmunya tentang wirausaha, Mazzio banyak mewawancarai para pengusaha sukses seperti Richard Branson, pemilik Virgin Group, dan Arthur Blank, co-founder The Home Depot. Dalam wawancaranya, satu hal yang paling diingat oleh Mazzio adalah sifat kewirausahaan ini bisa diajarkan pada anak-anak, agar mereka memiliki jiwa wirausaha sejak kecil. Untuk menanamkan jiwa wirausaha pada anak-anak, ini yang harus Anda lakukan:

1. Tumbuhkan rasa percaya diri
"Anak saya sangat pemalu ketika masih kecil, dan ia akan mengarang berbagai alasan untuk menolak permintaan saya untuk mulai berwirausaha," ungkap Mazzio.

Sebaiknya didik anak untuk lebih percaya diri dan menghilangkan rasa malu dalam dirinya. Berhenti berpikir tentang rasa malu terhadap orang lain, dan berhentilah untuk hanya berpikir tentang diri sendiri. Ajak anak untuk mulai berani berinteraksi dengan orang lain, dan tampil lebih percaya diri akan kemampuan mereka. 

2. Membuat kamar inspirasi
Dimana para pengusaha mendapatkan inspirasi dan ide-ide terbaik mereka? Menurut Mazzio, sebagian besar ide terbaik para pengusaha dihasilkan dari sebuah ruang untuk berpikir kreatif. Buatlah sebuah ruang bermain yang penuh dengan berbagai hal yang bisa meningkatkan kreativitas anak. 

"Jika anak-anak merasa bosan, hindari untuk membeli mainan untuk mereka. Ajari mereka untuk memikirkan cara menghibur diri mereka sendiri," sarannya.

Proses ini bertujuan untuk mengajarkan anak-anak memecahkan masalah mereka, lebih kreatif, dan punya inisiatif yang tinggi. Inilah salah satu modal seorang pengusaha yang sukses.

3. Tingkatkan produktivitas
Ketika bekerja atau berwirausaha, uang memang merupakan imbalan yang akan didapatkan sebagai hasil dari produktivitas dan kreativitas mereka. Namun, biasakan untuk mengajarkan pada anak-anak bahwa uang tidak selalu bisa menjamin kebahagiaan mereka. Beri pengertian pada anak, bahwa sebenarnya proses produktiflah yang terpenting dalam pekerjaan. Karena proses produktif akan memberi mereka rasa kebebasan dan kemerdekaan.

"Pacu mereka untuk giat belajar matematika dan keterampilan menulis, karena dua pelajaran ini bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari, dan bisa digunakan untuk memenangkan rencana bisnis untuk investor," tukasnya.

4. Jangan remehkan kegagalan
Mazzio mengungkapkan bahwa nilai kewirausahaan bukan hanya dibutuhkan untuk menciptakan bisnis yang sukses. Kewirausahaan juga merupakan cara hidup dan cara berpikir seseorang. Ketika yang tertanam pada diri kita adalah wirausaha merupakan cara untuk mendapat kesuksesan dan menghasilkan uang yang banyak, jangan heran bila kita mengalami kegagalan.

"Banyak orang yang meremehkan kegagalan, dan kadang bicara dalam konteks menghina. Padahal dari kegagalan kita bisa belajar. Pengusaha yang besar adalah orang yang bisa bangun dan menarik diri kembali setelah gagal," tukasnya.

Belajar dari kegagalan bisa memperluas karakter Anda, dan membuat Anda berpikir lebih kreatif tentang bagaimana mencapai berbagai hal yang sulit dicapai. Ajarkan anak-anak untuk siap menghadapi berbagai kegagalan yang mungkin terjadi, dan ajarkan mereka untuk lebih berani menghadapi berbagai risiko.

Penulis : Christina Andhika Setyanti 
Editor :Dini
Sumber :ForbesWoman, dikutip dari : http://edukasi.kompas.com/, Sabtu, 31 Maret 2012, 07:36 WIB