Entrepreneurship dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai Kewirausahaan. Untuk pelaku usahanya sering disebut entrepreneur. Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya.
Istilah kewirausahaan dikembangkan dari bahasa Perancis ɒntrəprəˈnɜr, dialih bahasakan ke bahasa Inggris Entrepreneurship. Definisi Entrepreneur pertama kali didefinisikan oleh Irlandia-Perancis ekonom Richard Cantillon. Ia mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment), "orang yang membayar harga tertentu untuk produk untuk menjualnya kembali pada menentu harga", sehingga membuat keputusan tentang mendapatkan dan menggunakan sumber daya sementara akibatnya mengakui risiko perusahaan. Konsep ini memiliki asal-usul dalam karya Richard Cantillon dalam bukunya Essai sur la Nature du Commerce en (1755) dan Jean-Baptiste Say dalam risalah-Nya pada Ekonomi Politik. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian.
Istilah pertama kali muncul dalam Kamus Perancis "Dictionnaire Universel de Commerce" dari Bruslons Jacques des diterbitkan tahun 1723.
Seiring waktu, para sarjana telah menetapkan istilah dengan cara yang berbeda. Berikut adalah beberapa definisi yang menonjol.
Seiring waktu, para sarjana telah menetapkan istilah dengan cara yang berbeda. Berikut adalah beberapa definisi yang menonjol.
- 1.803: Jean-Baptiste Say : Seorang pengusaha adalah agen ekonomi yang menyatukan semua alat-alat produksi-tanah satu, tenaga kerja lain dan ibukota lain dan dengan demikian menghasilkan suatu produk. Dengan menjual produk di pasar ia membayar sewa lahan, upah tenaga kerja, bunga atas modal dan yang tersisa adalah keuntungannya. Dia menggeser sumber daya ekonomi dari wilayah yang lebih rendah dan menjadi wilayah produktivitas yang lebih tinggi dan hasil yang lebih besar.
- 1934: Schumpeter : Pengusaha adalah inovator yang menggunakan proses menghancurkan status quo dari produk yang ada dan layanan, untuk mendirikan produk baru, layanan baru.
- 1961: David McClleland: Seorang pengusaha adalah orang dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi [N-Ach]. Dia energik dan berani mengambil risiko moderat.
- 1964: Peter Drucker : pencarian Seorang pengusaha untuk perubahan, merespon dan memanfaatkan peluang. Inovasi adalah alat khusus pengusaha maka seorang pengusaha yang efektif mengubah sumber ke sumber daya.
- 1971: Kilby: Menekankan peran pengusaha peniru yang tidak berinovasi tetapi MENIRU teknologi inovasi oleh orang lain. Sangat penting di negara berkembang.
- 1975: Albert Shapero: Pengusaha mengambil inisiatif, menerima risiko kegagalan dan memiliki internal locus of control.
- 1975: Howard Stevenson: Kewirausahaan adalah "mengejar peluang tanpa memperhatikan sumber daya saat ini dikendalikan."
- 1983: G. Pinchot: Intrapreneur adalah seorang pengusaha dalam organisasi yang sudah mapan.
- 1985: WB Gartner: Pengusaha adalah orang yang memulai bisnis baru di mana tak ada sebelumnya.
Etimologi
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti
pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan
berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi
wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Persepsi pengusaha
Kemampuan pengusaha untuk berinovasi diduga berhubungan dengan sifat bawaan seperti keterbukaan dan kecenderungan untuk mengambil resiko. Menurut Schumpeter , kemampuan berinovasi, memperkenalkan teknologi baru, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, atau menghasilkan produk atau jasa baru, adalah kualitas karakteristik pengusaha. Pengusaha adalah katalis untuk perubahan ekonomi, dan peneliti berpendapat bahwa pengusaha adalah individu yang sangat kreatif dengan kecenderungan untuk membayangkan solusi baru dengan mencari peluang untuk keuntungan atau imbalan. Terutama karena pengaruh Schumpeter konsepsi 's heroik dari pengusaha, itu adalah secara luas menyatakan bahwa pengusaha adalah individu yang tidak biasa. Sejalan dengan pandangan ini, ada tradisi penelitian yang muncul menyelidiki faktor genetik yang dianggap membuat pengusaha sangat khas (Nicolaou dan Shane, 2009).
Namun, ada juga perspektif kritis yang menghubungkan sikap metodologis penelitian untuk disederhanakan dan / atau asumsi-asumsi filosofis (Gartner, 2001). Sebagai contoh, telah berpendapat bahwa pengusaha yang tidak khas, tetapi bahwa dalam prasangka esensi realistis tentang "non-pengusaha" yang menjaga potret pujian dari "pengusaha" (Ramoglou, 2011).
Sejarah kewirausahaan
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan
oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan
telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir
abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer,
di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis
sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan
sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen
usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat
memberikan pendidikan kewirausahaan.DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru
terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan
dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman
kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di
segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
Proses kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses
kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh
berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti
pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor
tersebut membentuk ‘’locus of control’’, kreativitas, keinovasian,
implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan
yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal
dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan,
pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi
diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi
berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan,
organisasi, dan keluarga.
Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap
orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan.
Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
- Percaya diri
- Berorientasikan tugas dan hasil
- Pengambil risiko
- Kepemimpinan
- Keorisinilan
- Berorientasi ke masa depan
- Jujur dan tekun
Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:
- Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
- Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif.
- Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
- Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
- Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
- Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
- Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
Tahap-tahap kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:
Tahap memulai
Tahap melaksanakan usaha
Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai
aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM,
kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko
dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
Tahap mempertahankan usaha
Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah
dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti
sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Tahap mengembangkan usaha
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif
atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi
salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Sikap wirausaha
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di
atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat
dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus
memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah
ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang
dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas
pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina
dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam
alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih
keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat
dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus
taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki
kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan
wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari
kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat
oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam
melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang
jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen
terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan
dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen
wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima
yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan
harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan
sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen,
akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut
akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus
meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh
laba yang diharapkan.
Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang
dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat
kompleks.Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang
ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai
pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang
terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.
Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan
harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut
sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan
baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.
Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk
ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan
terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh
gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat
melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain
dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya,
tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat
mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan.Pada prinsipnya seorang
wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu
menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap
pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya.Banyak seorang calon
wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan
hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam
pengambilan keputusan bisnisnya.Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam
melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan
erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa
faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
- Tidak kompeten dalam manajerial.
- Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
- Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
- Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
- Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
- Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
- Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
- Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
Peran Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.
Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam melakukan wirausaha. Peran wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:
- Menciptakan lapangan kerja
- Mengurangi pengangguran
- Meningkatkan pendapatan masyarakat
- Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)
- Meningkatkan produktivitas nasional
Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Entrepreneur, 10 Desember 2012 at 13:45 UTC.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan, 4 November 2012, 01.55
UTC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar