Senin, 07 Juli 2014

10 Soal Tes Sederhana, Untuk Mengetahui Apakah Anda Seorang Psikopat?

Apakah Saya Seorang Psikopat?

Bukan perkara mudah untuk mengidentifikasi seseorang adalah psikopat atau bukan, karena butuh pemeriksaan mendalam oleh psikolog. Namun jika dari 10 pernyataan berikut banyak yang sesuai, maka ada kecenderungan untuk menjadi psikopat.


Psikopat adalah julukan untuk orang-orang yang mengidap psikopati, yakni gangguan kepribadian yang dicirikan dengan tidak adanya perasaan bersalah sedikitpun ketika melanggar sebuah norma maupun aturan. Psikopat juga identik dengan perilaku kejam dan tidak kenal takut.

Seorang psikopat memang tidak selalu melakukan kekerasan seperti yang digambarkan dalam film-film pembunuhan berantai. Kadang-kadang hingga taraf tertentu, perilaku sederhana seperti suka mencontek juga bisa dikategorikan sebagai gangguan perilaku psikopati.

Gangguan kepribadian ini kadang sulit diidentifikasi, karena kebanyakan psikopat tampak normal atau bahkan sangat ramah dalam kehidupan sehari-harinya. Namun di balik itu semua, seorang psikopat tidak punya empati atau kepekaan nurani terhadap lingkungan sekitarnya.

Salah satu contohnya adalah Seung-Hui Cho, mahasiswa Virginia Tech yang membantai 32 teman sekampusnya dengan pistol sebelum akhirnya mati bunuh diri pada tahun 2007. Beberapa orang terdekat mengakui, dalam kesehariannya Cho adalah seorang anak pendiam dan sangat pemalu.

Menurut penelitian, 1 dari 100 orang sebenarnya memiliki kecenderungan psikopati dengan tingkatan yang bervariasi. Dikutip dari TheSun, 10 pernyataan berikut dapat dipakai sekedar untuk memperkirakan seberapa besar kecenderungan seseorang untuk menjadi psikopat.


Test Sederhana : 

Tandai skor yang paling sesuai di setiap pernyataan. 
  • 3 : sangat setuju, 
  • 2 : setuju, 
  • 1 : tidak setuju 
  • 0 : sangat tidak setuju 


Jumlahkan seluruh skor, lalu cocokkan dengan keterangan di bawah. 
  1. Saya jarang membuat perencanaan. Saya lebih suka segalanya serba spontan dan mendadak. (0 1 2 3)
  2. Menyelingkuhi pasangan boleh-boleh saja asal tidak ketahuan. (0 1 2 3)
  3. Jika mendadak ada hal yang lebih baik maka tidak ada salahnya untuk membatalkan kesepakatan terdahulu. (0 1 2 3)
  4. Melihat hewan terluka atau kesakitan tidak membuat saya merasa terusik sedikitpun. (0 1 2 3)
  5. Berkendara dengan kecepatan tinggi, naik roller coaster serta terjun payung sangat menarik bagi saya. (0 1 2 3)
  6. Tidak masalah untuk melangkahi seseorang demi mendapatkan apa yang saya inginkan. (0 1 2 3)
  7. Saya pintar membujuk dan memiliki kemampuan khusus agar orang mau melakukan kemauan saya. (0 1 2 3)
  8. Saya cocok melakukan tugas berbahaya karena mampu membuat keputusan dengan sangat cepat. (0 1 2 3)
  9. Bagi saya sangat mudah untuk bertahan dalam sebuah situasi, ketika orang lain mulai merasa sangat tertekan. (0 1 2 3)
  10. Jika saya bisa melawan seseorang, berarti orang itu memang pantas menerimanya. (0 1 2 3)

Jumlah skor dari hasil test Anda


Kecenderungan psikopat berdasarkan total skor :
  • 0-10: Rendah
  • 11-15: Di bawah rata-rata
  • 16-20: Rata-rata
  • 21-25: Tinggi
  • 26-30: Sangat tinggi

Penulis : Asa Fadly Yantama 
Sumber : http://asafadly.blogspot.com/, Rabu, 26 Juni 2013.

Waspadai Karakter Psikopat pada Anak !


Tidak hanya pada orang dewasa, karakter psikopat ternyata juga bisa ditemui pada anak-anak. Menurut studi terbaru University College London, satu persen dari seluruh populasi anak diperkirakan memiliki karakter ini.

Para peneliti memperingatkan bahwa pola asuh tradisional yang cenderung bersikap keras untuk mendisiplinkan anak dapat menjadi salah satu pemicu.

Namun, pola asuh yang salah bukan satu-satunya penyebab anak menjadi pembohong, manipulatif, dan suka berbuat kenakalan tanpa penyesalan.

Menurut salah satu peneliti, profesor Essi Viding, faktor genetik juga terkait erat dengan munculnya karakter psikopat.

"Namun, bukan berarti mereka terlahir antisosial atau ditakdirkan demikian. Sama seperti sebagian orang yang lebih rentan mengalami serangan jantung, anak-anak ini juga lebih rentan terhadap pengaruh lingkungan yang dapat memicu sikap antisosial," kata Viding, seperti dikutip Daily Mail.

Orangtua yang memiliki anak dengan kecenderungan psikopat seringkali tidak dapat melakukan apapun untuk mengontrol. Namun, bukan berarti anak dengan kecenderungan psikopat tidak dapat bertingkah laku baik. 

Studi yang sama menunjukkan, anak dengan karakter psikopat dapat bertingkah baik dengan pola pengasuhan warm parenting.



Doktor John Clarke, doktor di bidang psikologi dari University of Sydney, Australia, yang bertahun-tahun menjadi psikolog kriminal, mengingat hari di saat dia seketika itu sadar bahwa mungkin ada sejumlah psikopat di jutaan kantor di seluruh dunia. “Saya sedang menyampaikan kuliah psikologi kejahatan dan memberikan daftar ciri psikopat. Setelah selesai, seorang perempuan menghampiri dan berkata “Anda baru saja menggambarkan bos saya,” katanya kepada kantor berita Jerman (DPA).

Clarke juga penulis buku The Pocket Pscyho yang berisikan panduan singkat bagaimana melindungi diri dari psikopat organisasional menyatakan bahwa psikopat tidak hanya ada di penjara, di ruang sidang pengadilan, atau pada kisah thriller. Psikopat, baik laki-laki maupun perempuan, sedang berencana licik di tempat kerja, di seluruh dunia. Penelitian menyatakan bahwa satu persen populasi orang dewasa yang bekerja adalah psikopat di tempat kenanya. Psikopat seperti itu ada di kantor besar maupun kecil, dia ada di ruang rapat dewan maupun di lantai-lantai toko.

Para psikopat bersembunyi melalui berbohong, mencurangi, mencuri, memanipulasi, mengorbankan, dan menghancurkan rekan kerja. Semuanya dilakukan tanpa rasa bersalah maupun penyesalan. Lebih dalam lagi, ia menilai, mereka yang disebut organisasional psikopat, berkembang pesat di dunia bisnis, karena kezaliman dan nafsu mereka tidak saja mereka salah artikan sebagai ambisi dan keterampilan memimpin, namun juga sebagai sesuatu yang dihargai melalui promosi, bonus, dan kenaikan upah.

Psikopat tempat kerja akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kekuasaan, status, dan upah yang mereka inginkan. “Mereka berpikir layaknya psikopat kriminal. Mereka berusaha sekeras- kerasnya demi mereka sendiri. Perbedaan keduanya adalah, psikopat kriminal menghancurkan korban secara fisik, sedangkan psikopat tempat kerja menghancurkan korbannya secara psikologis,” ujarnya.


Berikut ini beberapa ciri yang mungkin dapat menjadi isyarat adanya gangguan kepribadian psikopat:
  1. Pada awalnya menampilkan sikap yang menarik, cenderung dibuat-buat, memesona, dan menebarkan sikap hangat. Inilah yang membuat orang mudah memercayainya, dan dengan kepercayaan itu mereka mencelakai atau menipu korbannya.
  2. Beranggapan dirinya yang paling penting dan harus diistimewakan, semuanya berpusat pada dirinya, pokoknya untuk saya, pokoknya milik saya, pokoknya saya dan saya.
  3. Sering memperlihatkan perlakuan yang impulsif (meledak-ledak), sulit menunda dan mengendalikan emosi. Kalau punya keinginan harus sekarang, kalau tidak akan marah atau mengamuk.
  4. Hubungan pertemanan atau hubungan sosial yang singkat, sering ganti-ganti pasangan asmara atau ganti-ganti pekerjaan.
  5. Sering berbohong, menipu, dan mengkhianati.
  6. Kurang tanggung jawab atas perbuatannya, berani mengambil keputusan berisiko dan tidak dapat belajar dari pengalaman, selalu diulang terus, meskipun telah diberi hukuman atau peringatan.
  7. Kurang mampu merasakan perasaan orang lain, tidak peduli orang lain menderita.
  8. Cenderung menyalahkan orang lain untuk apa yang telah dilakukannya.


Lima tahap mendiagnosis psikopat.
  1. Mencocokkan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan korban, atau pengamatan perilaku pasien dari waktu ke waktu.
  2. Memeriksa kesehatan otak dan tubuh lewat pemindaian menggunakan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian.
  3. Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial.
  4. Memerhatikan gejala kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan.
  5. Melakukan psikotes. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.


Gejala-gejala psikopat.
  1. Sering berbohong, fasih, dan dangkal. Psikopat sering pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Sering kali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya.
  2. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
  3. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya, ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
  4. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
  5. Sikap antisosial di usia dewasa.
  6. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
  7. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
  8. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik- buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuat atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
  9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
  10. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respons fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu, psikopat sering disebut dengan istilah “dingin”.
  11. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.

Ada perbedaan antara kepribadian psikopat dan perilaku antisosial. Perbedaan itu ditunjukkan oleh intensitasnya. Psikopat berlangsung terus- menerus, dari masa kanak-kanak hingga lanjut usia. Sedangkan perilaku antisosial hanya ditunjukkan pada momen-momen tertentu. Penderita psikopat biasanya laki-laki, tetapi tidak menutup kemungkinan diderita oleh kaum perempuan.


Banyak reaksi timbul di masyarakat akibat ketidaktahuan tentang penyembuhan psikopat. Masyarakat mencoba melindungi diri melalui hukum perundang-undangan. Di Belanda, Undang-Undang Antipsikopat diluncurkan dua kali pada abad ke-20 dan di tahun 2002. Demikian pula di Amerika Serikat, hukum antipsikopat dimulai tahun 1930-an yang ditujukan pada Sex Offenders. 

Sumber :
  1.  http://life.viva.co.id/, Jum'at, 31 Agustus 2012, 15:06 WIB.
  2. Dadang Gusyana, S.Si. & Irna Safira Inayah, S.Si., http://hutantropis.com/ciri-ciri-psikopat

Cermati Gejala Psikopati Sejak Usia Anak !


Perilaku kanak-kanak sangat memengaruhi kepribadian seseorang saat dewasa. Ketika anak gemar melakukan kekerasan, suka menggunakan kata-kata manis untuk mendapatkan keinginannya tetapi berlaku kasar saat tak tercapai, orangtua perlu waspada. Itu adalah sebagian gejala perilaku gangguan kepribadian dissosial atau psikopati.

Psikopat adalah suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Dr. Hervey Cleckley, psikiater yang juga salah satu peneliti tentang Psikopat, dalam bukunya ‘The Mask of Sanity’, menyatakan kepribadian psikopat selalu mengesankan bahwa dirinya baik hati, tetapi sangat merugikan masyarakat.

Seorang psikopat dapat melakukan apa saja yang diinginkan dan yakin bahwa yang dilakukannya itu benar. Sifatnya yang pembohong, manipulatif, tanpa rasa kasihan atau rasa bersalah setelah menyakiti orang lain. Tanpa ekspresi, sulit berempati dengan orang lain dan selalu melontarkan ancaman. Bahkan, kadang-kadang ia dapat bertindak kejam tanpa pandang bulu.

Selain tidak peduli pada siapapun termasuk orang yang disakitinya, psikopat selalu melihat kelemahannya karena orang lain. Di Amerika Serikat, Psikopat cukup banyak. Di Indonesia data pastinya memang belum ada. Namun, Dra Tieneke Syaraswati, DNS, Ed, M.Fil, A.And dari FKUI mensinyalir jumlahnya pasti banyak.

Menurut Tieneke, perilaku psikopatik biasanya muncul dan berkembang pada masa dewasa. Mencapai puncak di usia 40 tahun-an, mengalami fase plateau sekitar usia 50 tahun-an lantas perlahan memudar. “ Psikopat juga bisa disebabkan kesalahan pola asuh, ujarnya. Dia mengimbau agar mewaspadai anak yang pemarah, suka berkelahi dan melawan, melanggar aturan merusak, dan bengis terhadap hewan serta anak yang lebih kecil.


Gangguan kepribadian dissosial (GKDS) atau antisocial personality disorder adalah terminologi baru untuk gangguan psikopati. ”Gejala gangguan ini bisa muncul sejak anak berumur kurang dari lima tahun,” kata Kepala Bagian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta Dinastuti, di Jakarta, Rabu (2/7).

Gangguan kepribadian itu dipicu adanya perbedaan besar antara perilaku seseorang dan norma yang berlaku. Penderita GKDS tak peduli dengan aturan atau kewajiban sosial. Perilakunya tak bertanggung jawab dan cenderung menyalahkan orang lain.

Mereka juga mudah frustrasi, gampang melakukan kekerasan, tak punya rasa bersalah, dan tak mampu mengambil pelajaran, bahkan dari hukuman. Akibatnya, ia bisa melakukan hal kejam berulang-ulang.

Orang dengan GKDS juga tak bisa berempati, tak peduli perasaan orang lain, dan hati nuraninya hampir mati. Mereka adalah pribadi yang amat egosentris dan emosinya dangkal. Akibatnya, ia tak mampu memelihara hubungan yang langgeng meski sebenarnya tak sulit melakukannya.

Psikiater konsultan di RSUD Dr Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Nalini Muhdi, mengatakan, penampilan fisik penderita GKDS atau psikopat sama seperti orang pada umumnya. Namun, perilaku dan cara berpikirnya amat kaku.

”Kaku dengan teguh pendirian atau berprinsip itu dua hal berbeda,” katanya. Orang yang berprinsip tetap bisa luwes dan menerima masukan orang lain. Adapun orang yang kaku sulit menerima dan menghargai perbedaan.

Dari gejala GKDS itu, perilaku yang mudah dilihat pada anak yang berpotensi mengalami gangguan ini antara lain suka melakukan hal berbahaya, senang melanggar hak orang, atau ketika minta maaf tak tulus. Mereka juga suka menyiksa atau membunuh binatang dengan kejam, merusak perabotan, atau membakar barang.

Mereka juga gemar melakukan kebohongan manipulatif, memanipulasi orang lain untuk kepentingan pribadi serta impulsif atau bertindak menurut gerak hati tanpa pikir panjang.

Meski gejalanya muncul sejak kanak-kanak, diagnosis gangguan itu baru bisa ditegakkan saat seseorang telah berusia 18 tahun. ”Orang yang menunjukkan perilaku GKDS tak bisa langsung dicap sebagai psikopat,” kata Nalini. Butuh diagnosis khusus dan pengamatan jangka panjang penderita.

Mendiagnosis penderita GKDS juga bukan perkara mudah. Penderita umumnya manis tutur katanya, pintar bicara dan persuasif tetapi manipulatif. Mereka biasanya memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) tinggi. ”Psikiater atau psikolog harus ekstra hati-hati karena bisa justru menjadi korban manipulasi mereka,” ujarnya.


Multifaktor

Munculnya gangguan itu dipicu banyak faktor. Salah satunya adalah persoalan genetika yang diturunkan atau ada kerusakan pada otak.

Kent A Kiehl dan Joshua W Buckholtz dalam Inside the Mind of a Psychopath di Scientific American Mind, September/Oktober 2010 menulis, otak psikopat memproses informasi secara berbeda dibandingkan dengan orang lain. Kondisi itu memengaruhi kemampuan mereka merasakan emosi, membaca isyarat orang lain, atau belajar dari kesalahan.

GKDS juga bisa dipicu faktor psikologis. Menurut Dinastuti, anak korban kekerasan atau tinggal di lingkungan penuh kekerasan bisa mengalami gangguan itu. GKDS juga bisa terpicu dari relasi penderita dengan orang lain, baik keluarga, teman, atau lingkungan, juga rentan menderita gangguan. ”Pola asuh yang salah bisa menimbulkan GKDS,” kata Nalini.


Skizofrenia


Masyarakat awam sering menyebut psikopat sebagai orang gila. Pemadanan itu salah karena yang dianggap sebagai orang gila itu sebenarnya adalah penderita skizofrenia.

Dinastuti mengatakan penderita skizofrenia mengalami hambatan berpikir, perasaan dan perilaku yang tak sesuai realitas. Gejala skizofrenia biasanya baru muncul saat seseorang sudah beranjak dewasa, bukan sejak anak-anak seperti GKDS.

Nalini menambahkan, penderita skizofrenia tak menyadari apa yang dilakukan. Akibatnya, ia tak mampu menimbang baik-buruk, tak sadar dengan apa yang dilakukan, tak punya tujuan dari tindakannya, bahkan tak sadar dengan dirinya.

Kondisi berkebalikan terjadi pada seorang psikopat atau penderita GKDS. Mereka sadar dengan dirinya dan orang lain, sadar dengan apa yang dilakukan, dan tujuan tindakannya adalah untuk keuntungan dirinya.

Skizofrenia jauh lebih mudah dideteksi serta diobati dan diterapi dibandingkan dengan GKDS. Adapun GKDS bersifat menetap dan hanya bisa dikelola dengan terapi intensif psikiater atau psikolog berpengalaman.

Obat bagi penderita GKDS hanya digunakan untuk mengatasi gejala amat parah. Namun, obat itu tak bisa membuatnya menjadi seperti orang normal. ”Walau GKDS menimbulkan parut di jiwa penderita, tetapi ia masih bisa diperhalus agar tak bertambah parah. Namun, cacatnya tetap akan ada,” katanya.

Dalam hukum pidana, penderita skizofrenia biasanya tidak dihukum. Sementara dalam hukum agama, mereka umumnya dibebaskan dari sejumlah kewajiban agama. Namun, seorang psikopat bisa dijatuhi hukuman.


Kepemimpinan

Prevalensi penderita GKDS di dunia diperkirakan 0,5-1 persen. Sebagian besar di antara mereka justru bukan pembunuh dingin sadis yang ada dalam penjara seperti dalam gambaran film atau novel, melainkan justru aktif di masyarakat dan bekerja dalam berbagai profesi.

Eric Barker dalam Which Professions Have the Most Psychopath? The Fewest? di Time.com, 21 Maret 2014, menyebut tiga profesi yang banyak digeluti penderita GKDS adalah pejabat eksekutif tertinggi (CEO), pengacara, dan pekerja media elektronik.

Prevalensi psikopat pada kelompok pejabat eksekutif tertinggi, yakni empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi di masyarakat umum.

Sejumlah pemimpin dunia pun teridentifikasi sebagai psikopat. Mereka umumnya adalah pemimpin negara yang gemar mengobarkan peperangan, menebar kebencian, hingga membunuh jutaan manusia, termasuk rakyatnya tanpa rasa bersalah.

Contoh paling sering disebut sebagai pemimpin yang psikopat adalah pemimpin Nazi, Adolf Hitler. Bahkan, psikiater Kanada, Phillip W Long, menyebut Hittler tidak hanya menderita GKDS, tetapi juga paranoid (curiga dan tak percaya orang lain) dan narsistik (mengagungkan diri berlebih).

Sebaliknya, pemimpin yang sering dicontohkan berkebalikan dengan karakter psikopat adalah pemimpin rakyat India, Mahatma Gandhi, tokoh yang sederhana, merakyat, dan pejuang tanpa kekerasan.

”Terkadang agresivitas diperlukan dalam sebuah kepemimpinan,” kata Dinastuti. Penderita GKDS biasanya memesona, penuh daya tarik, luwes, dan mudah memengaruhi orang lain. Karakter itu membuat seorang psikopat biasanya memiliki banyak pengikut dan pengagum.

Saat menjadi pemimpin dan melakukan kesalahan, penderita GKDS mampu menawarkan penjelasan yang seolah-olah masuk akal sehingga ia bisa terlepas dari tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah. Bawahan atau rakyat yang terpesona pun akan mudah memaafkannya, bahkan terus mengagung- agungkannya.

Namun, rakyat atau bawahan yang terpesona dengan karisma dan kata-kata pemimpin yang menderita GKDS itu akan sulit menumbuhkan motivasi untuk maju. Kepemimpinan pemimpin yang psikopat sulit menciptakan suasana adil dan setara karena semua komando dan kekuasaan ada di tangan pemimpin.

”Pemimpin dengan GKDS tak mau mendengar pendapat berbeda dan akan melakukan apa pun agar orang setuju dengannya,” katanya. Rakyat atau bawahan tak boleh membantah jika tidak ingin menjadi korban agresivitas pemimpinnya.

Kondisi itu membuat tak akan ada persaingan sehat dalam dunia politik karena semua lawan politik akan ditekan, diberi sanksi, bahkan dibasmi oleh sang pemimpin psikopat.


Tanda-tanda Psikopat Pada Anak-anak.


Ada anggapan bahwa lahirnya seorang psikopat berkaitan dengan temperamen masa kecil si anak terutama sifat anak yang terlalu berani dan tidak punya rasa takut.

Tapi ternyata gejala psikopat bukan hanya dari gangguan temperamen tapi lebih karena fungsi kognitif di otaknya yang tidak bisa memproses isyarat tertentu.

Penelitian baru yang dilakukan menunjukkan bahwa akar dari gangguan tersebut dapat berasal dari dalam pikiran bawah sadar.

Seperti dilansir dalam TheHuffingtonPost, Minggu (18/9/2011) para peneliti Patrick Sylvers dari University of Washington dan Patricia Brennan serta Scott Lilienfeld dari Emory, menemukan psikopat mungkin terjadi karena otak kurang dapat melakukan ‘pemrosesan preattentive’.

Secara teoritis, jika anak-anak tidak memiliki ini dalam proses berpikirnya, mereka tidak akan pernah belajar memecahkan kode tanda-tanda bahaya. Rasa tak kenal takut ini akan berkembang dan akibatnya, si anak akan tumbuh dewasa dengan kegagalan bersosialisasi yang menggunakan hati nurani.

Untuk teori tersebut ilmuwan melakukan pengujian terhadap 88 anak laki-laki berusia 7 hingga 11 tahun yang pernah bermasalah di sekolah maupun di rumah. Anak-anak ini dipilih berdasarkan ciri-ciri yang disebut ‘callous unemotionality‘ atau tak punya perasaan emosional.

Ciri-ciri ini termasuk mengabaikan kebutuhan orang lain, kurangnya rasa penyesalan dan empati, mirip dengan ciri-ciri gangguan pada orang dewasa. Peneliti lalu menguji impulsifitas dan gangguan perilaku yang sesuai dengan tanda-tanda narsisme seperti banyak membual, yang juga terlihat pada kebanyakan psikopat dewasa.

Setelah pemeriksaan ini, para ilmuwan memberikan anak laki-laki tes visual untuk mengukur proses emosional sadarnya. Peneliti ingin melihat apakah subjek lebih lambat menyadari wajah-wajah menakutkan yang melintas cepat sehingga tidak terekam oleh pikiran sadar, dibandingkan dengan anak laki-laki normal pada usia yang sama.

Jika hasilnya ya, maka ini akan menjadi bukti bahwa anak-anak yang bermasalah itu tidak memproses isyarat mengancam dalam pikirannya. Para peneliti juga menunjukkan wajah bahagia, jijik dan netral sebagai perbandingan.

Hasilnya, menunjukkan bahwa anak-anak dengan ciri-ciri psikopat memiliki kekurangan dalam pemrosesan kognitifnya untuk menyadari isyarat tertentu, terutama isyarat ketakutan dan isyarat jijik.

Temuan yang dimuat online dalam jurnal Psychological Science ini menunjukkan bahwa anak-anak yang bermasalah memiliki gangguan dalam mengenali segala jenis bahaya sosial dengan cepat.

Ada bukti yang mendukung gagasan ini bahwa psikopat sangat sulit mempelajari rasa sakit, belajar menghindari sengatan listrik dan suara keras dan kemampuan mengenali wajah orang ketakutan.

Mungkin yang paling utama, psikopat tidak mempunyai rasa takut dihukum, sehingga sangat sulit bagi orangtua atau orang lain untuk mengajarinya hal-hal yang benar dan salah.

Pada teori yang disebut ‘hipotesis keberanian para ahli masih menyisakan beberapa pertanyaan. Para ahli berpendapat kemungkinan masalahnya lebih mendasar yakni neurologis (saraf otak). Psikopat tidak responsif terhadap isyarat yang membangkitkan rasa takut.

Menurut teori ini, psikopat tampaknya tak punya rasa takut karena mereka tidak menaruh perhatian pada hal-hal yang biasanya membuat orang takut. Teori ini menekankan pentingnya intervensi klinis agar anak-anak berlatih memperhatikan isyarat emosional di sekitar mereka secara sadar.

Asal tahu saja banyak sekali orang yang mengalami gangguan jiwa psikopat yang tidak terdeteksi karena umumnya berperilaku seperti orang normal biasa. Seorang psikopat bisa begitu misterius dan sulit ditebak.

Perilaku psikopat kadang cukup menawan, bahkan sopan dan jarang bersikap emosional. Meskipun melakukan kejahatan brutal psikopat sama sekali tidak menunjukkan empati atau hati nurani yang bersalah.
Itulah yang membuat psikopat begitu misterius dan sulit dipahami yakni kurang memiliki perasaan seperti halnya manusia yang normal.

Psikopat bisa dicegah bila sejak dini memberikan asuhan yang tepat dan benar. Sehingga dapat meminimalkan resiko individu kekurangan afkesi pada masa kecilnya.

Pendapat tersebut dikuatkan Dr Husein Anuz. Menurutnya, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga merupakan tindakan dari kepribadian psikopat. “Ayah yang Psikopat cenderung memberikan anak yang psikopat juga,” katanya. Ini menunjukkan besarnya faktor lingkungan mempengaruhi terbentuknya prilaku psikopat, tambahnya.

Biasanya Anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya , jadi tidak heran kasus KDRT rata-rata disebabkan karena apa yang mereka perbuat kepada keluarganya saat ini seperti apa yang orang tua mereka dulu perbuat terhadap keluarganya.

Sumber :

  1. http://hutantropis.com/mengenali-ciri-ciri-psikopat
  2. http://health.kompas.com/, Senin, 7 Juli 2014, 15:13 WIB.